The Secret

9.3K 275 8
                                    


Yuu langsung aja cuss...

Saat ini Nara sedang berada di dalam mobil, menunggu Ganta yang sedang membayar semua belanjaan mereka. Sambil melipat kedua tangannya, wanita itu berpikir keras. Bagaimana caranya agar ia selamat dari hukuman Ganta. Kenapa suaminya itu mudah sekali tersulut emosi ? Tak bisakah sekali saja Ganta mendengarkan penjelasannya ? selalu saja seperti itu, egois. Melihat tingkah lelaki itu, ingin sekali dirinya kabur lagi, untuk sehari ini saja ia tidak ingin bersama Ganta. Rasanya sesak setiap lelaki itu bersikap kasar, bossy, posesif, ia tidak suka Ganta mengontrol kehidupannya terus.

“Haruskah ia pulang ke kampung ?”

“Ke rumah mama kandungnya ?” Batinnya bingung.

Sungguh ia begitu merindukan sosok wanita tua itu, meskipun hanya sekedar mendengarkan omelannya. Pergi ke kampung untuk menghindari Ganta, seperti keluar dari kandang harimau, lalu masuk ke kendang buaya. Pasti mama akan memarahinya karena telah kabur dari menantu kaya raya idaman wanita itu. Nara pernah mendengar, Ganta menelpon mama untuk memberikan uang bulanan kepada wanita itu, ia merasa seperti dijual.

Tak lama kemudian, Ganta berjalan ke arah mobil, barang belanjaan itu dibawa oleh beberapa orang. Hatinya semakin tidak tenang, dari kejauhan saja sudah terlihat aura kemarahan dari suaminya. Nara semakin bergidik ngeri. Membayangkan hukuman apa yang akan ia terima nanti di rumah.

“Ceklek…” Suara pintu mobil terbuka. Aroma maskulin terdengar di indera penciuman seorang  Nara. Tak ada yang tahu kalau Nara begitu menyukai aroma tubuh Ganta. Kalau saja Ganta tidak mengirimkan tatapan benci dan marahnya, ia sudah berhambur ke pelukan lelaki itu. Tapi niatnya ia harus ia kubur, karena jika ia memeluk Ganta, Nara takut suaminya itu langsung meremukkan tubuh, dan memelintir lehernya, persis seperti di film-film barat, dimana si suami psikopat membunuh istrinya karena cemburu.

Meskipun dalam keadaan marah, Ganta tetap memakaikan seatbelt kepada istrinya. Jarak mereka begitu dekat, sedikit saja Nara bisa mencium daun telinga lelaki itu. Kenapa Ganta malah terus diam di depannya.
Setelah beberapa menit di depan Nara tanpa berbicara apapun, Ganta bangkit, kembali ke kursi kemudinya.

“Gantaa, boleh nggak malam ini aku pulang, ke kampung ?” ucap Nara dengan pelan, di tatapnya Ganta dengan lembut.

Nara merutuki ucapannya. Niat awalnya ingin kabur malah berakhir seperti ini. Harusnya tadi ia langsung memesan grab saja, bukannya izin dulu.

“Kamu bener-bener cerdas Nara!!! Tingkatkan!” batinnya.

Ucapan Nara seperti menyiram kobaran api dengan minyak. Sesaat Ganta menghela nafas kasar. Bagaimana bisa setelah membuatnya hampir gila karena cemburu, wanita itu berniat pergi. Pulang ke rumah mamanya, yang benar saja ? lelaki itu menghela nafas kasar, berusaha untuk tidak meneriaki istrinya.

“Lo mau ditampar lagi sama mama hah ?”

“Disini juga sama kan, kamu pasti bakal hukum aku lagi Ganta.” Ucap Nara, pandangan wanita itu lurus ke depan.

Tak lama kemudian, Ganta menepikan mobilnya ke sisi kiri jalan. Tidak baik juga ia berkendara dalam keadaan emosi yang tidak stabil. Ia masih ingin hidup.

“Jangan pulang.” Ucap Ganta, perlahan tangannya meraih tangan Nara.

Padahal lelaki itu sudah menyusun hukuman apa saja untuk Nara karena kejadian tadi. Tapi ketika Nara meminta izin untuk pulang, keinginan itu seolah-olah  menguap begitu saja. Ia juga belum siap mengatakan kalau mertuanya itu sekarang tinggal di luar negeri. Bisa-bisa Nara membencinya karena sudah memisahkan wanita itu dengan orangtuanya. Ganta hanya tidak suka jika mama bersikap kasar kepada Nara, padahal ia sendiri juga sering bersikap seperti itu.

You Are My Antidote (FINISH)Where stories live. Discover now