Escape

5.8K 223 35
                                    

Yuu langsung aja cuss...

Sengaja Nara bangun terlebih dahulu. Ia tidak ingin berbicara dengan Ganta. Dengan hati-hati ia menyingkirkan lengan Ganta yang melingkar di pinggangnya erat. Cukup sulit karena lengan Ganta begitu kekar, sedangkan tangannya yang mungil tidak bisa menandingi kekuatan lelaki itu.

Akhirnya setelah sekian menit, Nara berhasil lepas. Ia memperhatikan bajunya yang sedikit tersingkap, pantas saja semalam ia merasa ada sesuatu yang meraba-raba perutnya, pasti Ganta yang melakukannya. Ia pun berjalan menuju lantai satu.

Seperti biasa, sebelum mandi ia menyiapkan sarapan terlebih dahulu, tak lupa ia juga menyiapkan bekal, meskipun ia masih sedikit marah kepada Ganta, ia tetap membuatkan bekal untuk suaminya.

"Bi, tolong ini teruskan, tinggal nunggu mateng aja. Nara mau mandi dulu." Titahnya kepada bi Arum. Kebetulan wanita itu sedang mengupas buah-buahan di dekat pantry.

"Baik nyonya."

Segera Nara berjalan menuju kamarnya. Ia akan buru-buru mandi, sebisa mungkin ia berangkat sebelum Ganta bangun.

Sekarang ia sudah bisa merias wajah dengan cepat, tidak seperti dulu yang memerlukan waktu hingga setengah jam. Kali ini ia memakai jeans Panjang. Sekarang ia akan memakai pakaian yang tertutup, hal ini agar Ganta tidak memiliki alasan untuk menemuinya di kampus. Nara memperhatikan dirinya di depan cermin, "Dah siapp!" gumamnya.

Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Ia menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu. Jika tak ada Ganta ia akan sarapan sendiri. Mulai hari ini ia harus terbiasa. Para pelayan tidak pernah mau diajak makan di meja yang sama, padahal Nara bukanlah tipe majikan yang gila hormat, merasa tidak sepadan dengan para pelayan. Padahal mereka juga sama-sama manusia.

Setelah selesai, Nara mengelap bibirnya dengan tissue. Ia pun berdiri.

"Nyonya, tidak menunggu tuan terlebih dahulu ?"

"Aku sama Ganta beda jadwal Bi."
Bi Arum hanya mengangguk, tak berani menahan nyonya mudanya itu.

Kini Nara sudah sampai di parkiran. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Hanya ada beberapa mobil, kalau motor sudah banyak, mungkin karena kecil, kendaraan itu mudah menyalip. Padahal jadwalnya jam sepuluh, tapi Nara sudah tiba sepagi ini.

Ia pun memutuskan untuk ke perpustakaan terlebih dahulu. Meskipun ia tahu, tempat itu akan buka sekitar jam tujuh, Nara tetap berjalan kesana. Ia akan menunggu petugas perpus.

*

*

*

"Jangan pergii!!!" seseorang terdengar mengigau. Dahinya mulai mengeluarkan keringat. seperti mengalami mimpi buruk.
Ganta mengusap rambutnya gusar. Tangan yang awalnya berat terasa ringan. Ia pun beralih kesamping. Orang yang semalam berada dalam kungkungannya kini tidak ada. Kenapa Nara tidak membangunkannya ?

Dengan malas ia berjalan menuju kamar mandi. Hari ini ia ada kelas pagi. Tepatnya pukul delapan.

Sempurna. Tampilan Ganta setiap harinya selalu sempurna. Wajahnya yang tampan membuat siapa saja langsung melemparkan tubuh mereka kepada lelaki itu tanpa berpikir panjang. Mendapatkan Ganta sama dengan mendapatkan mansion, saham, ketampanan, kecerdasan, mobil mewah, dan pastinya bibit unggul. Lelaki itu sempurna tanpa cela, itulah pemikiran orang-orang di luar sana. Baju yang sehari-hari ia gunakan pun berasal dari brand terkenal.

Setelah siap, ia menenteng tasnya menuju lantai satu.

Suasana di dapur masih sepi. Tapi makanan sudah tersaji di meja makan. Sekilas ia melirik ke pintu kamar istrinya. Tak ada pergerakan dari benda itu. Akhirnya ia berdiri lagi, berjalan menuju kamar Nara.

You Are My Antidote (FINISH)Where stories live. Discover now