Menjemputmu Pulang

8.8K 283 8
                                    

Yuu langsung aja cuss...

Semenjak hidup berpisah dengan Nara, hidup Ganta tak lagi berwarna. Setiap malam Ganta akan tidur di kamar wanita itu. Matanya tertutup tapi hatinya resah. Tak ada ketenangan. Figura kecil yang selalu berdiri di atas nakas kini menjadi benda favoritnya. Mengelus kaca itu tepat di wajah Nara yang begitu cantik dengan balutan gaun pengantin. Gaun yang Ganta sendiri pilih.

Saat ini ia sedang duduk di kasurnya. Baru saja ia mendengar suara Nara. Namun saat bangun, suara itu menghilang entah kenapa. Badannya langsung lemas saat kalimat yang paling tidak ingin ia dengar keluar dari mulut Nara. Yaa. Untung saja ini hanyalah mimpi, mimpi hanya bunga tidur, ia tidak perlu sepanik ini kan ? Nara masih miliknya karena surat perceraian itu hanya ada di dalam mimpi. Tapi raga dan jiwa wanita itu berada jauh darinya. Hatinya sakit saat mendengar kata cerai, lebih menyesakkan saat Nirina mengatakan akan berpisah darinya.

Ia pun berdiri. Meskipun badannya masih capek, ia harus segera berangkat. Hari ini ia akan menjemput Nara ke rumah papanya. Apapun resikonya akan ia hadapi, walau harus bertarung dengan pengawal papanya.

Ia menggunakan jacket Jeans dan celana berwarna hitam. Diperhatikannya pantulan wajah di cermin. Badannya semakin kurus. Baru saja ia akan bergegas, ponselnya berdering.

"Mama Anggun ?" Gumamnya.

Hampir saja ia mengumpat. Kalau saja orang yang menelponnya itu Dipta atau Fero, umpatan mungkin sudah ia layangkan.

"Hallo Ma..."

"Halo Ganta."

"Naranya ada ? Mama nggak bisa nelpon dia."

"Nara ada tapi di rumah mama Putri. Ada yang mau mama bicarakan ? Nanti Ganta sampaikan. " Tanya lelaki itu dengan hati-hati. Padahal dulu dia memiliki kesabaran yang setipis tissue, tapi sekarang Ganta berusaha menahannya.

"Ini, Minggu depan mama akan pulang. Mama mau ketemu sama Nara. Ada yang perlu mama omongin sama dia."

"Nggak bisa lewat Ganta aja ma ?"

Ia begitu penasaran dengan rencana mama mertuanya. Entah itu berhubungan dengannya atau tidak, ia tetap ingin tau.

"Nanti juga kamu tau."

Baru saja ia ingin membalas, sambungan telpon itu terputus. Biasanya ia yang memperlakukan orang lain seperti itu.

Setelahnya ia memasukkan ponsel itu ke dalam saku jaket jeansnya. Lalu mengambil kunci di nakas. Hari ini ia tidak akan pergi bersama supir, ia akan pergi sendiri untuk menjemput istrinya.

***

Saat menuruni tangga ia melihat beberapa pelayannya sedang berkumpul. Awalnya Ganta hanya melewati saja, namun lelaki itu berbalik.

"Hari ini saya akan menjemput Nara, tolong pindahkan semua barang-barangnya ke kamar saya tanpa terkecuali. Bersihkan kamarnya yang dulu, kunci pintunya lalu simpan di laci saya." Ucapnya.

Para pelayan langsung saling melirik. Mereka tahu kejadian saat nyonya mudanya itu kabur. Mereka tau karena para bodyguard pernah membicarakannya di taman belakang kebetulan mereka sedang menyapu taman kesayangan Nara. Mereka juga ikut menyayangkan tindakan tuannya yang keterlaluan. Mereka begitu menyayangi Nara. Komala selalu menganggap wanita itu seperti adiknya sendiri. Meskipun mulutnya terkadang ceplas-ceplos, apalagi saat membicarakan tingkah Nara kepada teman-teman pelayan lainnya. Bukan menceritakan hal buruk, ia hanya menceritakan tingkah lucu nyonya mudanya itu yang kelewat polos dan lucu.

"Non Nara bentar lagi pulang tuan ?" Tanya Devi dengan antusias.

"Syuut Devi ih jangan kepo." Ucap Komala. Devi memang selalu ingin tahu.

You Are My Antidote (FINISH)Where stories live. Discover now