Advice

7.4K 260 8
                                    

Yuu langsung aja cuss...

Tautan mereka sudah terlepas, tapi mereka masih berhadap-hadapan.
Nafas Ganta memburu. Begitu terasa di permukaan kulit wajah Nara.

Jarak merasa masih belum berubah se inci pun, begitu intim. Karena tak sanggup terus ditatap secara intens, perlahan Nara menggerakkan kepalanya ke samping kanan.

Namun gerakkannya ditahan oleh Ganta. Lelaki itu mencapit dagu Nara, lalu kembali menempelkan bibirnya.

Ganta menutup matanya,  Menyesap dalam-dalam bibir istrinya. Manis, begitu candu, itulah kenapa ia selalu tidak bisa menahan lagi jika menyentuh bibir Nara, selalu bergerak perlahan, dan lama.

Setelah beberapa menit, Ganta pun berhenti. Hidung mancungnya menempel dengan hidung milik Nara.

"Gan taa, sudah."

Jarinya mengusap bibir Nara yang basah dan membengkak.

"Benda ini milik gue, jangan sampai orang lain menyentuhnya!" Ucap Ganta dengan suara beratnya.

"Iii iyaaa..."

Sebenarnya ia ingin melanjutkan kegiatannya, tapi ia tidak ingin kebablasan dan membuat Nara menjadi takut.

"Gantaa kenapa kalungnya kamu putusin ?" Tanya Nara bingung. Ia masih merasa shock ketika Ganta tiba-tiba menciumnya.

"Lo lebih cocok pake yang ini."

"Tapi itu dari mama."

"Biar gue yang simpan yaa, lo duluan ke bawah gue mau ganti baju dulu." Ucap Ganta sambil mengelus lembut rambut Nara

Setelah Nara benar-benar pergi, Ganta mengambil kalung yang tergeletak di kamar, lalu melemparkannya ke kolong kasur.

*

*

*

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di depan rumah orangtuanya Ganta. Melihat mobil yang tidak asing, para penjaga langsung membuka pagar berwarna hitam itu.

"Selamat sore tuan..."

"Mama ada kan Pak Marjo ?" Tanya Nara sambil tersenyum manis. Wanita itu mulai menghapal nama-nama pegawai di rumah mertuanya. Itu karena mama sering mengenalkan mereka kepada Nara.

Baru saja Pak Marjo ingin menjawab, mobil Ganta melaju dengan cepat menuju rumahnya.

"Jangan sok akrab."

"Ihh apaan sih, orang aku udah kenal deket. Lagian jadi orang tuh jangan judes, nanti banyak yang nggak suka." Balas Nara.

Tanpa membalas ucapan Nara, segera Ganta turun. Lelaki itu berlari mengelilingi mobil, dan membuka pintu di sebelah istrinya.

Baru saja mereka melangkah, pintu lebar itu sudah terbuka.

"Aduuh mantu mamaa yang cantik kayak Rapunzel dateng..."

Dipuji seperti itu Nara langsung berpose, membuat Ganta, mama, dan semua pegawai yang berada di halaman depan tertawa. Menantu keluarga ini memang begitu menggemaskan.

"Sini sayang, sinii..." Ajak Ibu Putri sambil merentangkan tangannya.

Segera Nara berlari menaiki tangga. Menghambur ke pelukan mama mertuanya. Dengan begini rasa rindunya kepada mama terobati. Berada di pelukan mama Putri, begitu menenangkan. Ganta juga sering memeluknya, terkadang Nara merasa nyaman, tapii di satu sisi ia merasa terancam, ada perasaan takut, Ganta seolah-olah mengurung, bukan memeluknya.

You Are My Antidote (FINISH)Where stories live. Discover now