Curiga

7.7K 277 14
                                    

Yuu langsung aja cuss....

Dimas masih terdiam di bangkunya. Sedangkan Puput mengantar Nara ke UKS dibantu dengan Sisil. Awalnya gadis itu ogah mengantar Nara, tapi setelah mendapatkan tatapan tajam dari Dimas, ia langsung merangkul tangan Nara.

Tangannya mengepal. Merasa sakit hati karena sahabatnya dilecehkan seperti itu. Tanpa Nara bercerita apa yang sebenarnya, Dimas sudah tahu apa yang terjadi kepada gadis itu, atau sekarang ia harus memanggilnya wanita ? Ganta tentu tidak akan bertanggung jawab jika dia hanya menyiksa dan menyekapnya. Sesuatu pasti telah terjadi. Ingin sekali ia menonjok lelaki yang paling tidak ia sukai. Sebelum berpacaran dengan Puput, Dimas sempat menyukai Nirina. Singkatnya saat masih SMA, mereka bertemu di tempat les, dan lambat laun perasaan Dimas berubah dari sekedar hanya perasaan sayang menjadi tergila-gila kepada Nirina. Rupanya yang cantik dan kecerdasan gadis itu membuatnya jatuh cinta. Tapi ia tidak sempat mengungkapkan perasaannya. Nirina lebih dulu menerima Ganta sebagai pacarnya, ia tahu Ganta lebih segalanya. Dimas sangat sadar, meskipun ia juga berasal dari keluarga berada, jika dibandingkan dengan Ganta, tetap saja ia akan kalah.

Perlahan perasaannya kepada Nirina mulai hilang, Dimas sadar kalau hanya Puput yang selalu ada untuknya. Sampai saat ini mereka masih berpacaran.

Nara adalah sahabatnya, Dimas tidak akan membiarkan wanita itu terus bersama Ganta. Matanya melirik ke arah arloji dengan merk Rolex itu, waktu menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, masih ada waktu dua puluh menit lagi sebelum jam kuliah dimulai. Iapun berdiri menyusul Puput dan Nara.

***

Puput, Nara, dan Sisil sudah sampai di depan UKS.

"Dahh, udah sampe kan ? Kalau gitu gue cabut ya gais." Ucap Sisil sambil berlalu. Puput sudah tahu kalau gadis itu pasti akan langsung ke kantin, menggaet anak jurusan teknik mesin yang terkenal tampan dan sedikit bad boy.

"Yaudah sanaa, makasih." Balas Puput.

Tanpa mereka sadari, seseorang sejak tadi memperhatikan mereka. "Ganta harus tahu." Gumamnya pelan. Setelah mengucapkan hal itu ia pun berjalan ke arah lift.

***

Saat pertama kali masuk, tercium bau obat-obatan. Puput menyuruh Nara berbaring, sementara ia menyiapkan air minum. Ia tidak berani memberikan obat, itu bukan keahliannya. Dokter UKS belum datang karena saat ini masih pagi.

"Handphone lo mana ?" Tanya Puput.

Tak ingin berdebat dengan sahabatnya, akhirnya Nara menyerahkan benda pipih itu.

"Ini pemberian Ganta?"

"Iya."

"Yaudah lo istirahat dulu disini. Handphone lo gue bawa. Nara mulai sekarang lo jangan sembunyikan apapun dari gue sama Dimas. Kita ini sahabat, kalau Ganta nyakitin lo, lo bisa cerita ke gue atau Dimas."

Nara pun mengangguk, setelah itu Puput mengusap rambut sahabatnya, lalu keluar dari UKS.

Baru saja ia membuka pintu, ternyata Dimas sudah ada di depan. Puput mendorong pacarnya agar tidak masuk.

"Di dalem dia sama siapa ?" Tanya lelaki itu sambil melihat ke arah ruangan di depannya.

"Sendiri."

"Handphonenya mana ?"

Puput pun menyerahkan benda itu kepada Dimas. Setelah mendapatkan ponsel milik sahabatnya, segera Dimas menonaktifkan ponsel tersebut. Ia tidak ingin Ganta menghubungi sahabatnya.

Sebelum keluar kelas, Dimas sempat membawa tas bekal milik Nara, dan juga membelikan beberapa makanan ringan dan susu. Berjaga-jaga agar Nara tidak kelaparan.

You Are My Antidote (FINISH)Where stories live. Discover now