1. Anak Kunti

12.4K 672 68
                                    

Halo semua, kangen kalian...
Siap cerita baru?

Yuk ah😘😘

_______

Gista menghentikan kegiatannya meneliti rekap pesanan supplier yang dikirim oleh adminnya. Setelah mendengar suara tangis yang membuat bulu kuduknya meremang, Gista melirik jam dinding.

"Pukul 22.30..." gumamnya dalam nada tanya.

Gista menggeleng, menepis praduganya mengenai sosok astral. Dikoreknya salah satu telinganya sekilas.

"Pasti aku cuma salah denger." 

Gista berusaha berpikir positif. Namun dalam beberapa detik, suara lirih tangis balita kembali terdengar menyayat.

"Anjay!" Kecepatan misuh bibir gadis itu setara dengan kecepatan kakinya naik ke atas sofa.

"Anak kunti mana yang dibiarin nangis begitu. Nakutin manusia aja!" Gadis itu menggigit bantal sofa demi mengurangi takut.

Gista memang penakut, tapi rasa penasaran ketika suara itu makin terdengar nyata dan kencang, berhasil memelintir ususnya. Kemudian dia memutuskan untuk berlari ke kamar  Sang Mama. Menggedor pintunya dengan brutal sambil memejamkan mata. Lupa kalau pintu kamar mama tak pernah dikunci.

"Ma...! Suara anak kunti Ma! Mama, bangun Ma...!" Teriak Gista. 

"Tapi, lama-lama kok mirip suara anak manusia, ya?" Gista menggumam, lalu bergidik lagi.

Bagaimana kalau emang anak kunti yang sengaja meneror? Yang ini suara batin Gista.

Gadis itu berjengit kaget saat Mama tiba-tiba membuka pintu dengan bunyi kriet, sementara wajahnya bermasker. Irisan timun dan tomat telah disposisi ke kening dan pipi.

"Hantu...!!" 

Histeris Gista sebelum balik kanan. Tapi aksinya untuk lari gagal karena mama menarik kaosnya sampai melar.

"Gista! Ini mama pakai masker! Ada apa, sih?" Tanya Mama sebelum menanyakan hal lain. Gista pun menoleh takut-takut dan menghela udara. Tangannya mengusap dada lega saat memastikan pihak lain memang mamanya.

"Gis, anak siapa itu ya, kenapa seperti di depan pintu kita?" Mama menatap Gista penuh tanya.

"Nah itu lah Ma. Masak iya, mbak kuntinya mau minta susu sama kita?" Gista menekuk wajah. Tangannya tidak berhenti mengelus dadanya untuk mengurangi takut.

"Hush, mulutmu. Ayo kita liat! Mungkin suara anaknya Mbak Kasih."

Mama berjalan mengendap menuju ruang tamu. Otomatis Gista juga melakukan hal yang sama. Hatinya membatin, besok dia akan kembali ke kota, di kampung yang masih banyak hutan begini jelas lah masih suka ada penghuni dunia lain yang berkeliaran.

"Tapi Ma, kalau bukan anak Mbak Kasih gimana?" Gita menarik lengan baju mama, tapi mama tepis. Dasternya ini mahal. Kalau sobek sayang, pikir mama sebal pada Gista.

"Usir aja, kita bacain doa sebelum makan, biar dia takut karena ngira kita mau nyantap dia." Jawab Mama sekenanya.

Gista terkikik pada kelakuan si mama. "Iyuh, ngeledek dia. Anak kunti beneran, entar lari."

"Hua...! Papi...! Hua...!" Tangis gadis kecil yang mulai menggedor pintu rumah Gista itu terdengar mengerikan.

Mama Gista yang makin curiga bahwa itu bukan anak kunti, segera membuka pintu setelah sempat melempar topeng maskernya.

"Eh, anak siapa...? Aduh, kepalanya bocor, Gis...! Kasian sekali kamu, Nak..."  Mama Gista melotot mendapati seorang gadis kecil penuh luka gores dengan kepala bocor, berada di balik pintu rumahnya.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuWo Geschichten leben. Entdecke jetzt