16. Mami'll Jambak-jambakan

4K 526 74
                                    

Lagi nungguin kan... 😆😆

_______

"Lele, kalau Mami gelud, Lele dont cry. Do you understand?" Gista menatap tepat di manik Elea yang mengangguk.

"Mikha, ayok ikut! Tugas elo jagain anak gue." Gista mengangkat Elea agar Mikha menggendongnya. Kemudian gadis itu mengikuti Vilia yang sudah jauh lebih dulu mengikuti Andin.

"What's gelud aunty?" Tanya Elea pada Mikha yang kebingungan harus menjawab apa.

Mikha memutar otaknya demi sebuah jawaban yang akan dimengerti Elea. "You'r Mam, will jambak-jambakan." Katanya.

"What's jambak-jambakan?" Rasa ingin tahu Elea tak terbendung. Mikha sampai bingung bagaimana cara menjelaskan.

"Kita lihat aja ya, nanti kalau kamu takut. Kamu merem aja." Nasihat Mikha.

Benar saja, pertengkaran terjadi. Sita menampar Andin sampai jatuh terduduk. Kaffa membantu Andin berdiri. Tetapi keributan makin runyam saat mantan istri Kaffa tiba-tiba datang karena sama-sama diundang Berta.

"Halo semua. Ibu, Kaffa, dan kau Andin. Kita ketemu lagi." Dinara menyapa. "Selamat Kaffa, kamu bakal jadi ayah. Aku hamil." Katanya dengan enteng.

Bagai gelegar petir di siang bolong, Kaffa tertegun. Ditatap perut Dinara yang memang membuncit. Kalau biasanya Dinara mengenakan celana dan blouse. Kali ini dia sengaja mengenakan gaun press body demi agar perutnya terlihat.

Sedang Andin terguncang sampai dadanya naik turun menahan kecamuk. Jangan tanya bagaimana Sandrina, harapannya jadi mantu Subrata rata dengan tanah.

"Sebelum kalian bertanya-tanya janin laki-laki ini anak siapa, silahkan konfirmasi pada orangtuaku, kemana saja aku selama masa perceraian ini. Oh Andin, berapa bulan kandunganmu? Aku sudah lima bulan." Imbuh Dinara kental dengan olokan.

Bisik-bisik para perempuan di situ membuat Andin kembali terduduk. Tangisnya meluruh dalam diam. Namun Kaffa hanya berdiri bagai patung.

"Baiklah, kejutannya sudah selesai. Permisi Ibu." Dinara mengangguk pada Sita yang terdiam kaku, sambil menatap kepergian mantan menantunya.

"Jadi aku akan memiliki anak laki-laki?" Gumam Kaffa pada dirinya sendiri. Tidak dipungkuri dia senang, karena anak lelaki di keluarga Subrata adalah sebuah kebanggaan.

Andin yang mendengarnya makin lemas. Dia berharap janinnya juga laki-laki agar Kaffa tetap mencintainya.

"Papi...! You'r here?" Seruan cadel Elea yang tiba-tiba membuat semua orang tersadar. Gadis itu meminta turun dari gendongan Mikha untuk berlari pada papinya.

"Kenapa ada Elea? Gumam Sita Subrata. Kemudian dia baru menyadari keberadaan Gista yang tempo hari ditemui di Semarang.

"Papi, I take good care of Mami." Elea meminta gendong pada Arda. "But, Mami'll jambak-jambakan." Elea melapor kalau sudah menjaga maminya dengan baik, sayangnya kalimat terakhirnya membuat ada memicing.

"Gista?" Arda memandang Gista bertanya, akan kebenaran laporan Elea. Kakinya melangkah panjang-panjang untuk sampai di sisi Gista yang sedikit terpana pada rambut berantakan Arda. Kok makin hot, si duda? Batin Gista.

"Katanya nggak pulang sekarang, Mas?" Protes Gista.

"Betewe Lele, kamu jadi spy-nya papimu, ya?" Tanya Gista heran pada gadis kecil itu. Elea pun terkikik, dia tutupi giginya dengan telapaknya yang mungil.

"Ada apa Gis?" Tanya Arda pelan. Disampirkan lengannya pada punggung telanjang Gista yang pura-pura biasa saja. Padahal Gista sedikit melting juga.

"Ceritanya sepanjang jalan kenangan, Mas Arda." Jawab Gista.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang