19. What's Papi Doing, Mami?

5K 502 69
                                    

Masih 21+ ya...
Siapa yang kemarin minta nambah adegan nganu 😆🤣👀🙈🙈🙈
Adik-adik tolong, minggir ya...🙏

______

Ponsel Arda berdering dua kali, tetapi pria itu masih tertidur pulas setelah apa yang dilakukannya bersama Gista beberapa jam lalu. Kemudian dering lain berbunyi, itu dari ponsel Gista. Arda mulai terbangun, tapi memilih mengabaikan. Tubuhnya butuh memulihkan tenaga.

Arda telah menambahkan alasan, mengapa Gista menjadi salah satu aset berharganya. Baru kali ini dia menemukan perempuan yang sanggup mengimbangi nafsunya di ranjang tanpa meminta berhenti. Apalagi kata menjijikan 'ampun' yang sering dia dengar dari mulut-mulut perempuan panggilan kelas atas yang dia pesan tidak pernah keluar dari bibir Gista. Mahalnya dapat tapi tidak memuaskannya, Arda kecewa.

Gista justru menatapnya dengan mata genit yang menantang. Apalagi saat gadis itu menari liar di atasnya. Menjepit eksistensinya erat sambil menggoyang dadanya yang menggemaskan. Arda tak tahan, sampai terlambat mencabut miliknya. Walau sempat marah, tapi Gista tidak menolak saat Arda kembali menindihnya sampai puas.

Kini gadis ini tengah meringkuk dalam pelukannya. Dia jatuh terlelap setelah Arda masuki habis-habisan hingga meneriakkan namanya berkali-kali dengan suaranya yang memabukkan. Dirinya benar-benar tidak salah memilih Gista untuk jadi patner hidupnya.

Dering ponsel yang ketiga kali, berhasil membangunkan Gista. Gadis itu mulai bergerak terganggu. Meskipun matanya yang lengket tidak mau berkompromi.

"Mas...," panggilnya. Tenggorokannya kering dan serak akibat terlalu lelah berteriak.

Bagaimana tidak, hanya karena Arda merasa kalau dirinya adalah lawan seimbang, pria itu mewujudkan fantasi seksnya dengan berbagai gaya. Siapa sangka pria yang begitu tenang di luar itu adalah monster dominan saat diranjang.

Kelembutannya hanya di awal dan setidaknya di akhir permainan. Namun saat telah terbakar, Arda akan menampar bokong, meremas kuat dan kasar dadanya, menggigit telinga, menjambak hanya demi bisa menciumnya dari belakang, memasukkan jari ke area paling rahasia Gista, sampai Gista kejang untuk sebuah klimak dan bahkan membuang madu percintaan ke mulutnya.

Daerah inti Gista terasa kebas sampai mati rasa karena durasi tempaan Arda begitu lama. Gista tidak akan heran kalau nanti menemukan bercak ungu di seluruh tubuhnya.

Sialan pria ini, maki Gista. Meskipun Gista akui, dirinya sungguh-sungguh terpuaskan.

"Mas...!" Gista menaikkan nada suaranya. Kesal kenapa Arda sulit sekali bangun.

"Yeah, aku bangun. Sialan! Siapa yang berani mengganggu." Arda mengumpati si penelpon.

Pria itu meraih dua ponsel di nakas sebelahnya sekaligus. Miliknya dan milik Gista. Rupanya itu Elea.

Muncul rasa bersalah untuk si kecil, dia sampai lupa menghubungi Elea pagi tadi. Kebiasaan yang tidak pernah terlupakan ketika dia ke luar kota, kecuali hari ini.

"Mami...!" Serunya sesaat Arda mengangkat ponsel Gista. Sepertinya Elea sudah lama menangis, terdengar dari suaranya yang sesenggukan.

"Halo sayang, ini Papi." Arda berujar manis.

"Huaa Papi, whele ale you...? I miss Mami...!" Elea kembali histeris.

"Gista, Elea mencarimu." Katanya.

Kemana panggilan 'Gista sayang, hottie, my seksi' tadi saat dia menjamahku? Di mana-mana pria memang sama, brengsek semua! Gista mencibir dalam hati.

Meskipun enggan membuka mata, tetapi Gista menerima ponselnya untuk di tempel di telinga.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuWhere stories live. Discover now