3. Ihh, Papimu Gemesin

5.3K 592 21
                                    

😍😘🥰
Happy Reading

_____

Arda melepaskan kacamata, jemarinya memijit pelipisnya yang terasa memberat. Diulang-ulang cctv di depan taman kanak-kanak Elea. Dilihat baik-baik pria berambut cepak yang membujuk Elea sampai putrinya itu suka rela masuk ke dalam sebuah APV. Berkali-kali Arda mencoba menzoom wajah pria itu, tetapi kualitas kamera yang buruk membuat hasil zoom retak.

Sudah empat hari, apakah Elea masih bernafas? Kenapa tidak ada pihak yang menghubungi kalau penculikan Elea didasari uang tebusan. Bagaimana kalau seperti yang ibunya katakan, bagaimana kalau Elea jadi korban perdagangan organ dalam?

Arda putus asa, kini tak peduli lagi kalau harus merusak citranya dengan menguak penculikan Elea ke media. Persetan dengan citra, batin Arda. Dia yakin dengan bantuan media, Elea akan segera ketemu. Tak menunggu lama, Arda meminta sekretaris menghubungi pengacaranya untuk membuat laporan orang hilang.

***

"Oma, I miss mami...," rengekan ke sekian dari bibir mungil Lele pada mama Indri.

"Mami masih kerja. Nanti kalau jam makan siang tiba, kita bisa jenguk mami seperti kemarin ya?" Bujuk mama Indri pada si kecil yang malang itu.

Menurut cerita singkat-singkat yang berhasil mereka korek dari si gadis kecil selama seminggu ini, Gista dan mamanya sudah berhasil menyimpulkan kronologi. Bahwa gadis itu mengikuti seseorang karena akan dibawa ketemu maminya. Tapi setelah berhari-hari Lele tidak diberi makan dan minum layak, sedang perjalanan tak kunjung berhenti, kemudian gadis itu kabur.

"Oma, my hand gatal. Please, lepas. Lele can't." Pintanya dengan bibirnya yang cemberut.

"Lele, jangan ya Nak...! Tanganmu retak, kalau dilepas, nanti tangan kamu copot."

"Copot?" Ulang Elea ngeri.

"Iya, tanganmu terpisah dari tubuhmu." Kata mama Indri menakuti.

"Gatal..., hua...!" Tangis Elea yang kini dipanggil Lele itu pun pecah.

"Stt, jangan menangis. Oma akan mengusapnya ya...! Stt... jangan nangis Nak, kamu mau permen. Mamimu membeli banyak kan, tadi?"

Elea megangguk, setelah Mama Indri mengusap beberapa kali dan meniup lengan berbalut gips, mama Indri menenangkan dalam gendongan. Tidak menyadari Gista sudah pulang membawa makan siang.

Sebelum pensiun dini, pekerjaan mama Indri adalah seorang guru taman kanak-kanak. Jadi Gista paham mengapa sang mama begitu perhatian pada si kecil Lele.

"Lele cengeng, kenapa nangis? Kamu sukanya dimanja-manja mamaku ya?" Sapa Gista dengan candaan yang terdengar seperti olokan. Bukannya makin menangis, Elea malah meminta gendong pada Gista.

"Ogah, entar bajuku kusut. Aku masih mau kerja lagi." Katanya membuat Elea mencebik. "Ma, Febri polisi hitam manis itu ternyata si cungkring pas di SMP dulu, Ma." Mulai Gista.

"Temenmu?" Tanya si Mama.

"Iya, pantes dia genit liatin pahaku mulu. Si cungkring itu nggak pernah berubah emang." Kikik Gista sambil membuka makan siang untuk Elea dan sang mama. Tempo hari Febri sempat menghubungi soal Lele. Hanya saja, Gista yang sibuk memboyong mamanya ke kota karena Lele kukuh ikut dan menolak dengan histeris saat dinas sosial menjemputnya, membuat Gista abai.

"Dasar kamu, jangan pakai busana nggak senonoh dong. Orang kampung pada ngira kamu purel, kuping mama sampai panas." Nasehat mamanya.

"Halah, nggak usah digubris Ma. Sekarang Mama udah tau kan, kantor dan gudang produk aku. Nanti malem Vilia bakal mampir ke sini, supaya mama yakin kalau aku kerja halal."

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuWhere stories live. Discover now