5. Mau Mami Peluk Papi

5.4K 568 24
                                    

Wattpad ku keknya eror, mulai awal up cerita ini, ga ada notifikasi komentar. Pas aku liat komentarnya udah lumayan padahal...

Happy Reading 🥰🥰😘😘
________

"Repot-repot sih Nak Vilia, banyak banget bawa makanan." Mama Indri menyapa hangat Vilia yang ternyata sudah memiliki anak sebaya Elea.

"Enggak repot kok Tante."

"Ya udah ayok makan," Gista bangkit menggandeng Elea menuju meja makan yang bersisian dengan ruang keluarga. Menyelamatkan Elea dari tangan gemas Mario, anak Vilia, yang terus saja menoel pipi dan dagu Elea.

"Tapi Gis, masakan mama apa cocok dengan Vilia dan Mario?" Mama terlihat ragu. Pasalnya dia hanya memasak sop ayam dan sambal, plus kerupuk bawang sebagai pelengkap.

"Cocok, lidah kampungan dia Ma," jawab Gista seenaknya.

"Ho, peress!" Seru Vilia mencebik. Kemudian senyumnya mengembang saat menatap Mama Indri. "Saya makan apapun kok Tante, sama aja." Katanya ramah, yang diangguki Mama Indri tak kalah ramah.

"Mami, aku mau pipis." Suara Elea.

Sontak Gista menyodorkan Elea pada mamanya. "Ma, dia mau pipis."

"Mami denger." Sahut Mama.

Gista meringis, "ehehe, tenqyuu ma. Mama emang oma yang baik." pujinya sok manis.

"Kok bisanya kamu nggak bisa telaten, mbok belajar jadi ibu yang baik." Omel Mama sambil menuntun Elea menuju kamar mandi.

"Iya Gis, siapa tahu jadi anakmu beneran. Katamu Papinya lebih cakep dari bapaknya Mario." Timpal Vilia.

"Tapi jauh lebih ramah dan bersahabat suamimu. Gimana, nerima aku jadi madumu, nggak?" Gista menaikturunkan alisnya.

"Idihh mulut...," Vilia mencaplok bibir Gista kesal dengan jarinya. "Amit-amit jabang bayi omonganmu Gis, guyonanmu bikin aku parno tau nggak!" Ucap Vilia kesal.

Gista terbahak, sungguh tidak ada maksud menikung suami teman. Apalagi Vilia ini sahabat, saudara, sekaligus patner bisnis. Jatuh bangun membesarkan brand G&V mereka lalui bersama. Tanpa latar belakang dan dukungan besar dari keluarga Vilia, dirinya bukan lah apa-apa.

60% modal berasal dari Vilia, 40% darinya dengan menjual mobil bututnya dan pengajuan kredit tanpa agunan dari bank. Bagusnya tahun ini kreditnya sudah lunas, tinggal menghitung bulan saja. Satu lagi peran besar Gista adalah suplier dan customer online yang telah dia miliki jauh sebelum ada G&V. Maka pembagian keuntungan tetap 50:50.

"Mario mau sayur?" Tawar Mama Indri pada putra Vilia yang sulit diam.

"Mau Oma," jawabnya.

"Wah, Mario emang cepet akrab. Sepertinya punya banyak temen di sekolah ya?" Tanya Mama Indri. Kemudian lelaki kecil itu berceloteh riang, menceritakan temannya dan betapa seru sekolahnya hari ini.

Elea yang belum bisa makan sendiri hanya menyimak Mario tanpa minat. Perhatiannya selalu pada tahi lalat di bawah mata Gista. Ciri yang sama yang dimiliki orang yang dia duga sebagai wanita yang melahirkan dirinya. Wanita yang haram disebutkan di depan Papi karena pasti marah kalau Elea bertanya.

"A...! Lele," Gista kembali menyodorkan sendok di depan mulut Elea.

"This is the last one?" Tanya Elea susah payah karena Gista menyuapkan makanan dengan isi sendok yang penuh. Gista memang se-acuh itu. Elea yang terlalu mendewikan Gista tidak berani protes meskipun mulutnya penuh dengan sayuran yang sangat dia benci.

"No, you have to habisin ini semua, Lele." Ujar Gista terdengar kejam. Dengan Elea, bahasa yang Elea gunakan jadi amburadul.

"But I'm full, Mam." Tolak Elea.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang