14. Singa Tidur

4.5K 554 75
                                    

Uhuhh🥹 tenqyu semangat kalian semua, tenqyu jg udah nagih tiap jam wkkk...😍😘 mon maap emak malem mingguan kemarin. Baru sempat lanjutin ngetik pagi ini.

Happy long weekend, senin cuti bersama, kan?

____

Analis tengah memaparkan temuannya di Sentralindo. Layar LCD menampilkan grafik dan prosentase kerugian setiap bulan dalam satu tahun terakhir. Belum lagi indikasi korupsi yang dilakukan oknum nakal. Gista menatap layar tersebut sekilas, hatinya mengomeli Arda yang tetap menggandengnya santai padahal mata-mata penasaran menatap mereka. Sedang tangan lain pria itu, membawakan paperbagnya yang berisi pakaian kotor dan bikini basah.

Arda bahkan tidak duduk di kursinya semula, melainkan duduk di kursi tambahan menemani Gista di belakang Kakek Awan berada.

"Mas Arda, keknya aku ganggu deh!" Bisik Gista ketika mendapati banyak mata tak bosan meliriknya dengan berbagai dugaan.

Untung aku pakai dress bodycon hitam cantik ini. Yang disebut sebagai rok kependekan oleh Arda. Dasar kolot, tidak tahu beda rok dan dress, batin Gista memarahi pria di sebelahnya. Meskipun berasal dari kampung, namun pendidikan dan pergaulan yang Gista miliki menyebabkan seleranya sangat trendy. Maka tidak heran kalau gadis itu selalu memasang senyum percaya diri.

Arda menarik senyum tipis sebagai reaksi ucapan Gista. "Biarkan saja mereka melihatmu baik-baik."

Ini adalah salah satu tujuan Arda. Pengumuman terselubung mengapa selama ini selalu menolak tawaran pernikahan bisnis, yang ditawarkan orang-orang yang itu. Dia benar-benar akan memanjat Indomachine dengan kaki dan tangannya sendiri. Tanpa resiko tekanan pihak lain yang mungkin akan menjadi batu sandungan. Menikahi Gista yang orang luar memang sangat tepat baginya.

Gista melirik pergelangan tangannya, sudah setengah lima sore tetapi sepertinya rapat ini tidak akan berakhir segera.

"Kapan Kakek Awan akan berdiri dan aku bisa segera menyapanya?" Gista tidak sabar.

"Sekitar satu jam lagi."

Gista melotot pada Arda yang kini sudah kembali fokus menyimak paparan analis.

"Mas Arda, aku ada janji dengan seseorang." Dari sini ke club yang akan dia datangi bisa memakan waktu dua sampai tiga jam karena bersamaan dengan jam pulang kerja yang pasti macet.

"Batalkan. Kamu bisa hangout lain kali." Sahut Arda tanpa perlu menatap Gista. Dari sudut pandang manapun, mereka terlihat begitu mesra. Saling berbisik satu sama lain dengan posisi yang sangat dekat. Ditambah tangan Arda yang tidak melepaskan genggamannya pada Gista walau Gista sudah berusaha.

"Kamu pikir aku hanya akan main?" Jengkel sekali Gista menyahuti Arda.

Lelaki itu memilih tidak menjawab, tangannya meremas tangan Gista menenangkan.

"Mas, klienku bakal ngira aku nggak pro!" Gista tidak mau janji temu yang susah payah dia dapatkan ini gagal.

"Sebutkan nama, aku bisa melobi siapapun untukmu." Enteng sekali Arda menjawab, membuat Gista makin kesal.

"Kenapa aku makin sebal mendengarmu!" Maka Gista melepas genggaman Arda dengan lebih kuat sampai pria itu menatapnya bertanya.

"Aku mau chat Vilia biar dia gantiin aku. Puas?" Gista ingin berteriak, tapi bisa apa dia selain berbisik-bisik kalau tidak mau memancing keributan.

Vil, bisa gantiin aku ketemu Mahes Angkasa di 22?

22 nama club tempat janji temu Gista dengan calon penyedia bahan produk baru G&V.

Kamu kenapa tiba-tiba nggak bisa?

Heran Vilia yang masih di perjalanan pulang.

Arda nahan aku, tau nggak? Balas Gista.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang