24. Aku Selalu Bisa Memutuskan

3.9K 495 47
                                    

Selamat membaca 😘

____

"Bu Wik, ini bajuku semua?"

Gista memandang jajaran busana dengan warna-warna kesukaannya. Modelnya juga nyaris mirip seperti yang sering dia kenakan. Semua itu berdampingan di sebelah jajaran kemeja dan jas milik Arda.

"Iya Bu, Bapak kemarin borong barang-barang buat ibu banyak banget. Sepatu dan tas juga. Kalau yang di sebelah koleksi jamnya bapak ini, punya ibu semua katanya."

Bu Wiwik menunjuk deretan perhiasan lengkap di laci kaca di salah satu bagian walk in kloset kamar Arda. Sempat tertangkap mata Gista yaitu berberapa rekening tabungan berikut kartu debit dan kreditnya di satu kotak dekat dengan perhiasan itu.

"Ngapain sih Mas Arda itu, kek aku mau aja diajakin kawin." Gumam Gista.

"Kenapa sih Bu, nggak mau diajakin nikah cepet-cepet? Itu bapak udah ngebet banget, Bu." Bu Wiwik bertanya heran.

Kendati majikannya itu belum lama dekat dengan Gista tapi setelah menduda si bos tidak pernah terlihat menyukai perempuan seperti saat ini.

"Aku nggak siap Bu Wik." Gista memilih jawaban aman.

"Siap nggak siap harus siap Bu, kan udah tinggal di sini, cuma kalau udah nikah itu sah di mata hukum dan agama. Ibu punya hak 100% atas bapak dan semua milik bapak."

"Bu Wiwik benar. Maaf ya Bu Wik, hubungan kami bikin nggak nyaman." Gista menyadari tatapan illfeel para ART di rumah ini padanya. Mungkin cuma karena takut pada Arda mereka memperlakukan dirinya bak nyonya rumah.

"Nggak ada nggak nyaman kok Bu, saya sama Sus Rita malah seneng. ART lain di sini juga seneng kok. Non Lea punya Mami yang sayang sama dia."

"Bener, hanya karena Lele aku masih di sini." Gumam Gista.

"Nggak karena Bapak juga, Bu?" Bu Wiwik menelisik ekspresi Gista.

Apa Bu Gista ini nggak benar-benar suka bapak, ya? Pikir si kepala ART itu.

"Bu Wiwik, ibu kandung Lele nggak pernah jengukin, ya?" Tiba-tiba Gista penasaran.

"Mau jengukin gimana Bu Gista. Wong sama anaknya dia nggak mau. Non Lea itu sejak bayi udah didiemin sama ibu kandungnya. Apa sih bahasanya, baby blues, ya? Bayi belum 40 hari, ibunya milih pergi. Dibawa pulang ke rumah orangtuanya karena nangis terus-terusan, dan cerai Bu. Kasian banget Non Lea."

Gista mengangguk. "Oh gitu..., Kalau bisa mending Lele aku adopsi aja Bu Wik."

"Ngapain repot-repot, Bu. Nikah aja sama Bapak, otomatis Bu Gista jadi Mami resminya Non Lea. Bu Gista nggak cinta sama Bapak, ya?" Asli Bu Wiwik penasaran.

"Bu Wik, aku takut nggak kuat kek Maminya Lele. Mas Arda..., dia...," ragu-ragu Gista akan mengungkap alasannya. Namun sepertinya tidak bijak kalau dia curhat pada ART Arda.

"Iya...?" Bu Wiwik menunggu.

"Ah, udah lah Bu Wik..."

Gista datang ke kamar Arda ini untuk mandi dan ganti pakaian. Sejak pulang dari rumah sakit semalam, Gista masih acuh tak acuh pada Arda. Untungnya Elea tidak mau berpisah dengannya meskipun hanya untuk tidur.

"Sabar ya Bu Gista. Tapi bapak orangnya baik aslinya. Cuma itu, orangnya pendiam dan gila kerja."

Gila seks juga, batin Gista menimpali.

"Sayang, dasiku please!"

Arda masuk ke dalam walk in closetnya dengan satu tangan di saku celana. Senyumnya melengkung tipis menemukan celah untuk mendekati Gista setelah empat malam ini merana. Tidak tahukah gadis itu, kini tanpanya dia susah tidur.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuWhere stories live. Discover now