20. Tanpa Cinta Tapi Posesif

4.5K 556 114
                                    

Kisah ini fiktif belaka, halu yang tak terbatas demi hiburan semata. Namun aku ramu dengan cerita beberapa teman yang mengalami langsung betapa pergaulan wanita kelas atas sebebas itu. Mungkin tidak semua, karena itu pesanku masih sama, tolong ambil positifnya aja. Hindari seks bebas🙏

Happy Reading 🥰

____

"Kau tahu berapa juta dolar kerugian perusahaan karena ulahmu! Berapa banyak yang ibumu keluarkan untuk membungkam media?" Kakek Awan masih menjaga intonasi suaranya, tetapi tidak untuk rentetan kalimat selanjutnya.

"Dan sekarang, keluarganya menggunakan uangmu sebagai bukti melaporkan kamu ke polisi dengan dua tuduhan sekaligus. Melawan perbuatan hukum dan mendorong gadis itu bunuh diri! Sebenarnya kau ini cucuku atau atau anak setan, Kaffa!" Teriak Setiawan Subrata murka. Sampai tak sadar melempar tongkatnya ke kepala Kaffa.

Kaffa mengepalkan tangannya, emosinya makin membumbung sampai ubun-ubun. Begitu pula dengan Aksan, dia tersinggung ayahnya menyebut putranya anak setan.

Gista yang baru masuk ke dalam ruang tamu tertegun menatap Kaffa yang menunduk. Gista mendengar semua kemarahan si kakek. Kaffa pantas menerima makian itu, meskipun sakit di dahinya tidak akan pernah menghilangkan nyawa seperti nyawa Andin yang melayang.

Jika Gista menatap Kaffa dengan benci, Arda yang berdiri santai di sebelahnya justru berusaha menutupi ekspresi sumringah. Bibirnya melengkung terlalu tipis, sampai orang lain tidak mampu melihatnya. 

"Sepertinya waktunya kurang tepat untuk aku berkunjung." Arda angkat bicara.

"Kebetulan kamu datang Arda. Duduklah. Aku ingin bicara padamu." Kakek Awan menurunkan nadanya meskipun suaranya masih kaku dan sengak. Kemudian dia kembali pada si pembuat onar.

"Dan kamu Kaffa! Keluar dari perusahaan. Jangan melukai wajah Indoseals apalagi Indomachine!"

"Tapi Kek..." Kaffa tidak terima dengan keputusan itu.

"Berani berbuat berani bertanggungjawab. Kamu bukan anak TK yang harus berlindung terus di ketiak orangtuamu! Ah, lama-lama aku bisa kena stroke," keluh Kakek Awan.

Pria beruban itu lalu menerima tongkatnya dari Arda untuk kembali duduk di sofa tunggal favoritnya.

"Sayang, berikan itu pada pada Bibi Astrid. Tuak asal Lombok itu akan membuat tubuh kakek hangat." Arda melirik Gista yang menatap Kaffa benci. Gadis itu sampai tidak sadar, Arda memanggilnya sayang.

Arda memang menggunakan nama Kaffa agar Gista mau datang ke rumah itu.

"Gista," panggil Arda untuk menyadarkan Gista dari kecamuk. Sepertinya banyak yang ingin dia tanyakan pada bajingan kecil itu, batin Arda.

Maka setelah membuang nafas beratnya, Gista berjalan mendekati Kaffa.

"Apa kabarmu hari ini, Kaf?" Suara Gista membuat Kaffa mendongak. Melihat Gista, wajah Andin terbayang. Kaffa stress, dihantui rasa bersalah. Kaffa kembali tertunduk lesu.

"Pergi," usir Kaffa. Suaranya tak berdaya dan terdengar putus asa.

Gista terkekeh pedih mendengar pengusiran Kaffa. "Aku tidak akan berpura-pura tidak mengenalmu lagi."

Jadi mereka saling kenal, batin yang lain.

"Kakek Awan benar, kau memang anak setan!" Maki Gista.

"K-kau...!" Ini adalah Aksan Subrata. Kalau Kaffa anak setan, apa aku setannya? Pikir Aksan tersinggung.

"Diam," Kakek Awan membentak Aksan dengan suara rendah. Si kakek tahu apa hubungan Gista dengan gadis yang bunuh diri.

"Membunuh janinmu cuma dengan 250 juta? Sudah menidurinya, membuatnya hamil, lalu menghinanya dengan uangmu yang tak seberapa itu?"

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuWhere stories live. Discover now