8. Menikah Dengan Saya

4.5K 514 43
                                    

Ah, lega bisa nulis part ini.
Happy Reading 🥰

Eits, promosi dulu pakai benner cakep yg dibikinin salah satu kepala sekolah yg kebetulan jd bestie aku 🤭🤭 kepala sekolah jg punya hobi ☺️☺️

Eits, promosi dulu pakai benner cakep yg dibikinin salah satu kepala sekolah yg kebetulan jd bestie aku 🤭🤭 kepala sekolah jg punya hobi ☺️☺️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

__________

Elea menggeliat. Saat matanya terbuka, punggung tangannya mengucek ringan. Lalu untuk sekilas melihat sekitar dan berakhir merebahkan diri kembali. Maklum tidurnya kurang karena menunggu Gista yang harus cek ini itu sebelum berakhir di kamar rawat.

Elea turut tidur di ranjang rawat Gista, sedang Arda memanfaatkan sofa untuk istirahat semalaman. Gadis cilik itu menolak pulang hanya karena takut Gista sakit sendirian. Elea bersikeras menemani Gista yang harus dirawat inap karena tensinya sampai 70. Tidak ingin Elea tantrum, mau tidak mau Arda jadi ikut menunggui Gista.

"Udah bangun ya? Butuh ke toilet?" Gista memang masih lemas. Tapi kondisinya jauh lebih baik dari semalam setelah mendapat beberapa suntikan.

"I can do it. Mami tidulan aja." Jawab Elea.

Elea bukan gadis yang manja keterlaluan, tapi untuk disebut mandiri juga tidak. Elea hanya lah balita normal yang sedikit haus kasih sayang, menurut Gista.

"Setelah ini Lele pulang ya, bukannya Lele takut Pak Dokter?" Gista mengatakannya penuh harap. Tidak muluk, dia ingin istirahatnya bisa maksimal tanpa Elea dan bapaknya yang duren montong itu.

Elea masih takut pada lelaki. Semalam saat di IGD, sedikitpun tidak mau lepas dari Gista. Sering sekali menyembunyikan pandangannya dari orang lain sampai harus ndusel ke perut Gista. Sesungguhnya perilakunya itu membuat Gista makin penasaran, akan bagaimana Elea sampai di rumahnya di kampung waktu itu.

"I am not aflaid with doktel, I am aflaid sama bad guy." Akunya dengan suara serak.

"Oke, sepertinya Lele masih trauma." Ucap Gista melirik Arda yang hanya mendengar dengan kekhawatiran tanpa perlu mendongak. Setelah ini Arda akan menjadwalkan putrinya untuk bertemu psikolog anak.

"Lele go home ya, istirahat di rumah biar nggak ketularan Mami." Bujuk Arda datar. Tidak akan lagi menolerir kemauan putrinya itu.

Semalaman bersama Gista, menunggui gadis asing yang sakit itu membuat mereka berdua canggung satu sama lain. Meskipun gadis itu membungkus kecanggungannya dengan senyum genit sepanjang dia membuka mata.

"Lele juga pilek sekalang..." katanya menunjuk hidung. "I'm here, dirawat nulse sama-sama Mami togethel." Elea tidak ingin berpisah dengan Gista.

"Elea, Mami juga butuh istirahat." Suara bas Arda sudah membuat Elea cemberut.

Pria itu duduk di sofa dengan mata khusuk pada laptop yang menyala di tangan. Masih pukul setengah enam saat sekretarisnya mengetuk pintu kamar rawat Gista. Mbak sekretaris datang membawakan pakaian ganti serta laptop jenis terbaru yang keybordnya Arda lepas untuk diletakkan di meja begitu saja.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuWhere stories live. Discover now