4. Gelmo

4.7K 566 34
                                    

Ramaikan biar emak semangat🥰
Happy Reading 😘

________

Ganteng banget, njir...! Coba kalau senyum dikit, pasti bikin klepek-klepek. Pantes aja si Lele cantik banget. Wong bibitnya kek duren montong gini. Kuning, glowing, punel dan legit. Njir, sayang garang. Matanya itu loh kalau lihat orang, udah mirip bulldog. Mana mulutnya keracunan bon cabe, kalau ngomong sukanya bikin hati huhah huhah, kepedesan. Monolog Gista dalam hatinya ketika berhadapan dengan Arda.

Mereka berdua duduk di kantin rumah sakit. Ada pengacara yang setia berdiri di belakang Arda, yang kemudian membeberkan kertas di depan Gista.

"Silahkan baca dulu, setelah itu kamu bisa tanda tangani. Kamu juga bisa meminta perubahan sesuai yang kamu inginkan, untuk kemudian klien saya pertimbangkan." Papar si pengacara, mengambil map resmi agar meja di hadapan mereka lebih rapi.

Gista sudah menyerahkan Elea pada mamanya, mereka menunggu di area bermain anak-anak, tepat di depan kantin berada. Benar sekali, Gista dan mamanya terpaksa mengantar Elea bersama-sama Arda, Papi Elea, ke rumah sakit untuk memberikan perawatan terbaik.

"Tolong jelaskan, untuk apa saya harus membaca dan menandatangani berkas itu?" Tanya Gista pura-pura tidak mengerti.

"Salah satunya hadiah untuk kamu karena sudah menyelamatkan dan menjaga nona kami. Yang lain adalah tawaran kerja sama yang kami harapkan kamu setujui untuk membantu merawat nona kami." Jawab si pengacara mewakili Arda yang mengatupkan bibirnya rapat.

"Hadiahnya bisa saya terima, mubadzir menolak. Kalau kerja sama merawat Lele, mon maap bapak-bapak, saya punya pekerjaan. Saya nggak butuh jadi baby sitter, mana Lele kalau rewel bikin pusing. Untung ada mama saya yang ahli merawat bocah. Kalau tidak, mungkin saya akan tinggalkan dia ke dinas sosial." Ujar Gista dengan mulut tanpa saringannya. Ekspektasinya tentang Arda yang mirip duren montong kembali kandas.

"Kamu...!" Geram Arda, berani-beraninya perempuan ini berpikir begitu pada putrinya.

"Wahai orang kaya, nggak usah sok deh! Nggak ada pembicaraan apa-apa, tiba-tiba nyodorin kertas. Iyuh, bosy banget! Bisa-bisanya urusan anak disamakan dengan pekerjaan, tanda tangan de el el, heleh! Orang tua macam apa! Pantes si Lele lebih milih bersama orang lain. Udah ah, aku sibuk! Bye!" Gista berdiri, dikibaskan rambut sebahunya sambil melangkah.

Blouse kurang bahan yang kalau Gista mengangkat tangan, pusarnya terlihat. Disetelkan dengan mini skrit yang membentuk sempurna body semlohay gadis itu. Siapa pun yang memandang, akan menoleh dua kali karenanya. Cara berbusana Gista yang cenderung menggoda iman ini, juga menjadi perhatian Arda. Khawatir akan menularkan selera buruk pada Elea. Lihat saja hari ini, Elea malah dipakaikan dress rajut diatas lutut tanpa lengan yang ketat. Karenanya putrinya itu terlihat seperti orang dewasa.

"Tidak sopan!" Celetuk pengacara, memandang dengan sinis pada Gista yang pada akhirnya menghentikan langkah karena mendengarnya. Gadis itu menoleh pada pengacara dengan mata memicing tak terima.

"Hei bapak pengacara yang terhormat, liat dia!" Tunjuk Gista pada Arda yang terus menatapnya. "Kurang sopan apa dia? Tapi Lele enggak mau tuh sama bapaknya sendiri. Satu lagi, nggak sopan teriak nggak sopan, kek gajah dipelupuk mata istilahnya." Gista mencibir si pengacara, yang menatapnya meremehkan sepanjang waktu. Apa dia pikir tatapannya itu sopan? Batin Gista berkali-kali meneriakkan nama kebun binatang.

Kalimat panjang itu menyadarkan Gista kalau dia kembali membuang waktunya. "Aih, aku ada janji dengan selebgram bencong. Arghh!!" Histeris Gista dengan tangan mengusik rambutnya sampai kisut. Tubuhnya bergerak tergesa menuju mamanya dan Elea berada.

Suara Gista yang nyaring membuat Arda mengelus dada. Kenapa ada perempuan tidak anggun seperti itu. Tidak bisa dia bayangkan kalau Elea dirawat orang seperti Gista. Bagus dia tidak mau bekerja sama, pikir Arda.

Mengintip Hatimu Dari Balik HatikuWhere stories live. Discover now