The truth

1.5K 128 2
                                    

Irene Pov

Lisa membuatku sangat khawatir. Wajahnya penuh luka dan lebam. Bahkan bibirnya berdarah. Saat ini aku berada dikamarnya, merawat lukanya. Mengompres lukanya dengan air es. Sebenarnya lebih baik dia dirawat di rumah sakit. Ditangani dokter agar cepat pulih. Tapi dia menolak, justru memintaku mengantarnya pulang. Aku tahu dia kuat menahan sakit dan lukanya. Begitu sampai, dia menyuruhku pulang. Mana bisa aku meninggalkannya yang sedang terluka, untuk berdiri saja tadi dia membutuhkanku. Jadi aku mengatakan padanya agar menurut, aku yang akan merawat lukanya. Disinilah aku sekarang, merawat lisa dengan hati-hati.

Dia terbaring di kasur, matanya terpejam. Dia tidak tidur, hanya memejamkan mata. Mungkin sejenak beristirahat, tidak masalah bagiku. Aku dengan senang hati merawatnya, justru ini bagus, aku memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu dengannya.

Melihatnya yang sedang menutup mata dengan wajah penuh luka begini, membuatku sesak dan sedih. Harusnya aku bisa melihat senyumnya yang menawan dan wajahnya yang indah. Sedih aku melihatnya lemah tak berdaya seperti ini. Aku kesal dengan jisoo, sebenarnya apa yang dia inginkan?. Dia dengan brutal memukuli lisa, tidak perduli dengan sekitar, jisoo cukup gila dengan bertindak memukuli lisa di kantor lisa sendiri.

Aku teringat dengan ucapan jisoo tadi. Apa benar yang dikatakan jisoo?. Aku tahu soal sana, memang sana dan lisa memiliki hubungan yang cukup rumit. Lisa dipaksa menikah dengan sana, tapi aku yakin perjodohan itu terjadi karena sana yang meminta pada orangtuanya. Hingga orangtuanya dan orang tua lisa memutuskan untuk menjodohkan mereka. Aku tahu lisa menganggap sana tidak lebih dari sekedar teman. Lebih tepatnya teman yang sudah dianggap adiknya sendiri. Itu sebabnya lisa tidak bisa menerima sana dan juga keputusan orangtuanya.

Hal mengganjal lainnya, ketika jisoo mengatakan lisa meniduri adiknya. Aku tidak bisa mempercayai perkataan jisoo. Karena aku tahu sifat lisa, dia tidak mungkin melakukan hal biadab dengan memperkosa adik jisoo.

"Apa yang kau pikirkan?". Lisa berbicara dengan mata yang masih terpejam. Mungkin dia tahu aku melamun karena tanganku berhenti mengompres lukanya.

"Tidak ada, aku memikirkanmu. Kau membuatku khawatir lisa". Dia hanya tersenyum, tanpa membuka mata.

"Tenang saja, aku tidak akan semudah itu mati. Tidak perlu berlebihan irene". Perkataannya membuatku kesal. Jelas-jelas dia hampir pingsan karena di hajar terus-terusan oleh jisoo. Masih saja berkata santai.

"Kenapa kau tidak melawan? Yang dikatakan jisoo itu benar?". Dia menghela nafas, membuka matanya perlahan.

"Kau percaya ucapan jisoo?". Aku menggeleng, sangat tidak percaya pada jisoo. Tapi lisa tidak melawan jisoo, jika tidak salah harusnya lisa melawan.

"Terimakasih, sudah percaya padaku". Itu ucapan yang dia keluarkan sambil menutup mata kembali. Sikapnya membuatku greget, dia tidak menjelaskan apapun padaku. Apa dia tidak takut aku salah paham padanya? Setidaknya beri tahu aku kebenarannya lisa.

"Kau tidak mau bercerita padaku?. Jisoo mengatakan hal gila padamu. Dia menuduhmu memperkosa adiknya". Aku sangat penasaran atas apa yang terjadi. Aku ingin tahu yang sebenarnya. Agar perasaanku tenang, tidak gelisah terus. Aku perlu memastikan bahwa aku akan tidur nyenyak. Jika aku tidak tahu yang sebenarnya, aku tidak akan bisa tidur malam ini.

" jisoo salah paham padaku". Dia bergerak bangun dan bersandar di ranjang. Saat ini lisa menatapku.

"Apa sebabnya?".

"Aku tidak tahu, dia datang ke ruanganku dan langsung menghajarku habis-habisan. Soal adiknya, namanya jennie. Semalam aku dan jennie resmi menjadi sepasang kekasih". Kalimat terakhirnya membuat dadaku sesak. Hatiku sakit mendengarnya. Lisa mengatakannya sendiri.

Crazy Girls in My Life - Jenlisa G!PWhere stories live. Discover now