Request

829 78 2
                                    

Jisoo Pov

Sudah 1 jam aku di ruangan rawat inap rumah sakit ini. Menemani lisa untuk menemui Sana yang memang saat ini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Hingga saat ini Sana belum sadarkan diri, terlihat pucat dengan perban di pergelangan tangan kirinya.

Lisa sejak tadi hanya diam, wajahnya menunjukkan kegelisahan. Sudah jelas lisa sangat mengkhawatirkan kondisi Sana saat ini. Ketika tadi pertama kali melihat Sana terbaring, lisa bahkan terlihat shock. Dia sepertinya terkejut karena melihat tangan Sana yang diperban.

Lebih parahnya lagi, orangtua Sana sejak tadi hanya diam. Sengaja mendiamkan lisa, bukan, sejak awal aku dan lisa sampai disini, mereka memang mendiamkan kami berdua seolah kehadiran kami tidak dianggap. Paman hyunbin dan eomma ji hyun sepertinya sangat terpukul dan sedih, sikap mereka menunjukkan seolah lisa penyebab anak mereka depresi hingga terluka seperti ini.

Aku tahu mereka juga tidak menyukaiku sekarang karena tahu aku adalah kakak jennie. Sikap orangtua Sana sangat berbeda sekarang, padahal dulu mereka sangat ramah dan baik padaku. Tidak masalah bagiku, hanya saja aku merasa iba melihat lisa. Dia tidak pantas disalahkan karena memang tidak salah. Lisa duduk diam di kursi yang ada di samping ranjang Sana, menggenggam tangan Sana yang masih terbaring lemah.

Sedangkan aku sejak tadi duduk di sofa ini, memikirkan banyak hal yang mengganggu pikiranku. Jujur saja, sejak tadi aku melamun memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi setelah Sana sadar, semoga saja apa yang ku prediksi tidak akan terjadi.

Aku tidak mau jennie semakin sakit hati, sudah cukup masalah yang rumit muncul karena kehamilan irene.

"Sana? Kau sudah sadar?, Jisoo cepat panggilkan dokter!". Lisa mengagetkanku dengan ucapannya, melihat Sana mulai membuka matanya membuat lisa sedikit tergesa.

Lisa menekan tombol di tembok samping ranjang untuk memanggil dokter. Orang tua Sana tergesa menghampiri ke arah ranjang.

Ceklek!

Langkahku yang hendak pergi keluar memanggil dokter terhenti, karena dokter datang bersama dengan 2 perawat dan Langsung memeriksa kondisi Sana. Kebetulan sekali dokter datang di waktu yang tepat. Aku ikut melangkah mendekati ranjang untuk melihat kondisi Sana saat ini, karena aku juga mengkhawatirkan Sana. Bagaimanapun dia sudah ku anggap adikku selama ini, kami sangat dekat.

Sana sangat lemah, pucat dan terlihat kacau. Apa yang terjadi padamu Sana?

~____~

Rose Pov

Hening, suasana di ruang tamu ini senyap sejak tadi tanpa adanya obrolan. Hanya suara tv yang terdengar, karena memang kami sedang menonton film. Jennie dan irene menemaniku untuk menonton film, awalnya jennie menolak tapi aku memaksanya. Hanya ingin membuat jennie mulai terbiasa dengan kehadiran irene.

Yeah aku tahu semua yang terjadi, termasuk tentang irene yang sedang hamil anak lisa. Entah kenapa aku ingin membuat mereka berdua akur, rasanya tidak nyaman jika terus menerus terjadi keributan. Akan buruk jika mereka masih saling membenci dan tidak menerima kehadiran masing-masing, padahal kedepannya mereka harus saling mendukung satu sama lain. Salah mereka mencintai orang yang sama.

Jennie sejak tadi fokus menonton film sambil memakan popcorn, dia memegang popcornnya. Begitupula irene, tatapannya lurus tertuju pada tv. Mereka seolah lupa tentang kecanggungan, saat ini duduk berdampingan disofa yang sama dan sangat menikmati film tanpa memperdulikan sekitar.

Ekspresi serius mereka sangat lucu

"Rose, aku lapar". Jennie menoleh padaku, aku sedikit mendongak menatapnya karena saat ini duduk dilantai. Sedangkan dia di sofa.

Crazy Girls in My Life - Jenlisa G!PWhere stories live. Discover now