Slap Your Face

972 83 3
                                    


LISA'S OFFICE

Irene Pov

Sengaja bangun tidur di waktu yang sangat pagi, agar sampai di kantor lebih pagi dari biasanya. Semalaman tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena ulah Sana kemarin yang datang ke ruanganku secara tiba-tiba, dia mengamuk bahkan memakiku dengan berteriak seperti orang gila.

Para karyawan di kantor beramai-ramai menonton keributan yang terjadi, ulah Sana membuatku sangat malu. Sebenarnya aku ingin izin tidak masuk kantor hari ini, lebih baik di rumah untuk menghindari rasa maluku bertemu semua orang di kantor.

Hanya saja aku harus cek kandungan, awalnya ingin mengajak lisa untuk menemaniku ke rumah sakit. Kondisi fisik dan mentalku cukup lemah karena kekacauan kemarin, kurang tidur dan bahkan aku merasa stres, terus merasa gelisah. Ahjumma hyun sudah membuat janji untukku, bertemu dokter minho. kata ahjumma, dokter minho adalah dokter kandungan yang terkenal di seoul hospital. Jadi ahjumma sengaja memilih dokter minho untuk memeriksa kondisiku.

Ini sudah hampir tengah hari, tapi lisa belum juga datang ke kantor. Aku sampai dikantor sejak jam 7.30, menghadiri rapat selama 2 jam dan selesai pada jam 9.30. Sudah hampir 2 jam aku menunggu lisa datang, ingin langsung mengajaknya ke rumah sakit karena jadwal konsultasiku jam 1 siang. Sedikit heran, lisa tidak mengangkat panggilanku sejak semalam.

Saat ku jawab panggilan darinya tadi pagi, sengaja ku katakan langsung padanya untuk menemaniku ke dokter agar dia datang ke kantor lebih pagi. Tapi lisa malah langsung mematikan panggilan. Dia tidak mengatakan sepatah katapun, bahkan tidak menjawab pertanyaanku saat ku bilang minta ditemani olehnya ke dokter.  Padahal sejak kemarin aku mengkhawatirkan lisa, karena dia pergi dari kantor tanpa memberitahuku.

Entah apa yang membuat sikap lisa menjadi sedikit berbeda, apa karena Sana datang ke kantor kemarin?. Tapi saat Sana datang, lisa bahkan bersikap acuh dan mengabaikan Sana. Dengan terang-terangan lisa menunjukkan sikap perhatian dan perduli padaku di depan Sana. Meskipun Sana secara langsung mengatakan hal buruk tentangku di depan lisa, dengan tegas lisa membelaku kemarin. Lisa bahkan tidak ragu membentak Sana, dan mengatakan pada Sana secara jelas jika aku sedang hamil anaknya.

Sikap lisa padaku dan pengakuan lisa yang mengatakan tentang kehamilanku, membuat Sana marah hingga dia pingsan. Sudah jelas, lisa marah dan tidak perduli lagi pada Sana. Jadi kurasa perubahan sikap lisa bukan karena Sana, lalu karena apa?. Barusan aku mencoba menghubungi lisa lagi, tapi nomornya tidak aktif. Sejak mengetahui aku hamil, lisa begitu perduli dan perhatian padaku, memperlakukanku dengan baik.

Aku khawatir pada lisa karena aku tidak bisa menghubunginya sejak kemarin. Biasanya lisa selalu menjawab panggilanku dan membalas pesanku. Huffthh... Memikirkan lisa seperti ini malah membuatku sedikit pusing. Kepalaku terasa sedikit sakit saat ini. Sejak tadi aku duduk di kursi kerja sambil melamun memikirkan lisa.

Sepertinya aku harus mengistirahatkan diri, lebih baik tidur di sofa saja sebentar.

Perlahan aku bangun dari kursi dan berjalan menuju sofa, pandanganku terasa sedikit berputar. Dengan terhuyung aku melangkah perlahan, terdengar suara pintu ruanganku terbuka.

"Eonnie! Omg! Hati-hati, kau hampir saja terjatuh. Biarkan ku bantu, berjalanlah perlahan". Yeri berteriak ketika melihatku hampir terjatuh saat melangkah. Dia membantuku berjalan menuju sofa. Perlahan aku duduk dengan dibantu oleh yeri.

Selama ini aku memeng dekat dengannya, dia teman baik
Ku dikantor. Sepertinya dia datang ke ruanganku untuk menyerahkan berkas yang perlu di tandatangani. Dia manajer divisi proyek pembangunan, itu sebabnya yeri sering datang ke ruanganku.

Crazy Girls in My Life - Jenlisa G!POnde histórias criam vida. Descubra agora