2. Tetangga Ingusan

871 79 23
                                    

Tama mengelap kaca spion motornya dengan kanebo setengah basah. Terlihat kinclong dan wajahnya yang buluk karena berkeringat sudah tampak berpendar dari pantulan kaca tersebut.

Sudah pukul sepuluh pagi menjelang siang. Sudah saatnya pula ia berangkat ke kampus. Hari ini kelasnya hanya ada dua, itu pun siang sampai sore sehingga pagi ini ia bisa bangun kesiangan mimpi lebih lama dan memandikan motor kesayangannya lebih dahulu sebelum dirinya diguyur air keran.

Selesai mencuci dan merapikan selang air, Pratama memindahkan motor agar tidak kepanasan sedikit masuk ke teras rumah. Baru juga ia hendak melangkahkan kaki masuk rumah, Tante Sofi, tetangganya menyapa.

"Tama berangkat siang ya?" tanya Sofi yang berhenti di depan rumah guna menyapa Tama, teman dari anak Sofi.

"Iya, Tan, masuk siang sampai sore."

"Sering ketemu sama Gita nggak? Minggu ini kok dia nggak pulang. Rumah juga masih satu kota padahal," keluh Sofi tentang anaknya yang meskipun satu kampus dengan Tama namun kita memilih untuk tinggal di kos. Sementara Tama pulang pergi dengan motornya, maklum anak cowok beda dengan anak perempuan.

"Kalau ketemu sih jarang, Tan, tapi nanti kalau ketemu aku sampaikan. Dia sibuk pacaran kayaknya makanya nggak sempet pulang," adu Tama dalam hatinya terkikik.

Sofi tampak terkejut. "Aduh tuh anak pacaran nggak bilang-bilang. Takutnya dia dibawa pacarnya ke gua pulang-pulang berbadan dua," cemas Sofi makin membuat batin Tama terkikik tak terkesukahan.

"Namanya juga anak muda, Tan, maklumin aja lagi ngenget-angetnya hubungan mereka itu. Parah emang Gita nggak ngasih tahu Tante. Masa pacarnya nggak mau dikenalin," kompor Tama makin membuat Sofi geram.

"Ya udah salamin kalau ketemu sama Gita ya, suruh pulang minggu ini."

Sofi pamit dan Tama masuk ke rumah. Mengambil ponselnya, mengetikkan pesan untuk Gita. Teman sejak mereka bayi hanya beda beberapa bulan saja lahirnya. Ia dan Gita juga satu sekolah sejak TK, SD, SMP, SMA bahkan sampai kuliah.

"Parah emang kamu punya pacar nggak dikenalin. Kasihan dong Reval nggak diakuin emak kamu, tapi dipamerin di game."

Pesan terkirim tapi tidak dibalas. Tama menduga bahwa Gita sedang berada dalam kelas dan belum sempat membuka ponselnya. Tak masalah kapan Gita akan membuka, yang jelas Tama siap menerima ocehan perempuan itu. Sudah pasti Gita akan memakainya. Entah di pesan ataupun di game, nanti saat mereka berdua online.

Tama masuk kamar mengambil kaus gantinya yang dibawa serta ke kamar mandi. Melirik jam sudah hampir setengah sebelsa. Berjalan santai khas anak laki-laki, Tama pun demikian. Mandi juga tak butuh waktu lama apalagi berdandan. Jam sebelas ia sudah siap di atas motor. Melaju tak sampai satu jam tiba di kampus. Dhuhur sejenak di masjid dekat kampus, baru pukul satu siang kelasnya dimulai.

***

Anak tunggal itu benar-benar memaki Tama lewat balasan pesan yang dikirimkan. Bisa-bisanya Tama membocorkan hubungannya dengan Rival padahal ia masih sembunyi-sembunyi, belum memperkenalkan Reval pada orang tuanya. Meskipun keduanya sama-sama berikrar serius, hanya saja kita masih belum siap dan Reval juga ingin memantaskan diri. Setidaknya setelah ia wisuda baru menemui orang tua Gita.

Malah Tama sudah membocorkan hubungannya lebih dahulu pada ibunya. Sudah pasti perempuan itu marah. Terlihat dari berapa banyak Sofi menelepon beberapa kali. Mungkin setelah mendengar gosip yang dilontarkan Tama.

Pukul satu kurang lima menit Gita tiba di kos, setelah terlebih dahulu pulang dari kampus ia mampir untuk membeli lauk karena nasi di kamar kosnya sudah matang. Setiap hari cukup membeli lauk saja untuk makan.

"Kenapa, Git, pulang-pulang malah manyun?" tanya Nova teman satu kamar kosnya yang tidak ada kelas hari ini sehingga hanya tiduran membaca novel di kamar.

"Tama ini loh bisa-bisanya dia ngasih tahu ibuku kalau aku punya pacar."

"Memangnya selama ini kamu nggak ngenalin Reval ke ibumu? Kalian kan udah kenal lumayan lama."

"Iya sih, emang. Cuman aku belum siap aja dan Reval juga bilang mau ketemu ibuku nanti setelah dia wisuda. Sekalian mau serius sama aku, bawa keluarganya juga."

"Kenapa harus nunggu wisuda, lagian kan dia juga udah kerja. Penghasilan buat masa depan kan cukup nggak bakal kelaparan lah hidupin kamu."

"Nggak tahu tuh namanya juga laki-laki biasanya ada gengsinya kalau kelihatan belum lulus jadi sarjana."

Nova mengangguk. "Iya juga sih."

Nova melanjutkan membaca novel sementara Gita membalas pesan dari Tama.

_Setan! Ngapain kamu bilang-bilang ke ibuku kalau aku punya pacar. Nggak usah bikin kompor makin meleduk aja urusin tuh jomblomu gak usah ngurusin pacar orang_

Setelah berhasil mengirim pesan pada Tama, Gita menelepon Sofi. Menjelaskan tentang gosip yang dilontarkan oleh Tama.

***

Sama selesai kelas setengah tiga sore dan kembali masuk pukul jam tiga lima belas menit. Jeda waktu itu Tama gunakan untuk makan di kantin, menyeruput kopi sambil menikmati nasi pecel andalannya.

Kenyang dengan nasi pecel dan masih ada waktu, Tama membuka laptopnya untuk login ke game yang ia mainkan sama seperti Gita.

Membuka beberapa room dan melihat user siapa saja yang ada di dalamnya, sebelum Tama memutuskan bergabung di room mana. Hingga ia dapat melihat salah satu room yang ada nama Reval, pacar Gita.

Ia masuk ke sana, membalas sapaan singkat dari beberapa user yang ada di dalamnya. Sebagian memang user Indonesia dan sebagian besar dari luar seperti Turki, Jerman, India dan juga Arab. Semua berbaur di dalam room tersebut. Asik berkenalan, memainkan Dj dan dance.

Tama tidak menanggapi obrolan beberapa teman lain. Ia memilih diam memarkirkan avatarnya dan menyimak beberapa obrolan sambil menyesap kopi yang masih setengah cangkir.

Dari beberapa obrolan itu, Tama mengamati betapa genitnya Reval saat tidak ada Gita online bersama. Biasanya memang Gita dan Reval online di room yang sama. Namun jika sendirian seperti ini perlakuan Rival berbanding terbalik. Khas buaya yang menggoda user bule dengan kalimat-kalimat candaan dan romantis. Sebenarnya wajar saja karena ini dunia game, tidak bisa dianggap serius semuanya. Hanya saja Tama merasa tak terima bagaimana Gita membanggakan pacarnya tapi malah sang pacar kelakuannya seperti ini.

_Dor dor_

Tiba-tiba chat berwarna biru tanda seseorang mengirimkan pesan di room namun secara pribadi agar tidak terlihat oleh pengguna lain di dalam room tersebut. Melihat dari foto profil saja, Tama sudah tahu bahwa itu adalah Gita.

_Apaan_

_Sok asik pakai acara ghibah sama ibuku_

_Ya Asyik dong aku kan membuka fakta yang tertunda_

_Emangnya aku artis bikin skandal macam-macam_

_Siapa tahu aja jadi bahan berita. Kan kesukaan kamu jadi pusat perhatian. Noh lihatin cowok lo godain bule-bule_

_Kamu aja yang godain bule pakai fitnah Reval segala. Kuliah sana malah main game_

_Perhatian banget sih. Iya sayang aku mau masuk kelas kok ini_

_Sayang sayang najis_

Tama Tertawa mendengar balasan Gita di akhir chat birunya. Ia suka melihat Gita uring-uringan sejak dulu. Hari-hari Tama selalu berwarna saat menggoda Gita di waktu tenang.

____

Salah PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang