23. Rewang

641 74 14
                                    

Padahal Gita sudah minta ampun tapi Tama tak mengizinkan perempuan itu mengakhiri dengan mudah. Alhasil yang dilakukan Gita hanyalah pasrah menerima keadaan. Gita sudah mengantuk, lelah dan capek setelah seharian ditambah lagi dengan ulah Tama.

Dengan posisi miring dan tubuh berlapis selimut, Gita hanya bisa pasrah mengusap permukaan kasur di sampingnya. Di mana Tama sedang ke kamar mandi.

Kalau sudah begini bagaimana Gita bisa tidur lagi. Sudah dibangunkan paksa, dihabisi sampai keluar berkali-kali. Belum lagi Tama yang minta posisi aneh-aneh mulai dari di atas meja, di kursi dan di tepi ranjang.

Mau menolak nanti takut ramai membangunkan sofi dan Aluna. Tapi tidak dilanjutkan sudah terlanjur masuk dan mulai berkeringat panas. Ya sudah mau tak mau ia mengikuti alur saja sampai akhir. Rasanya tak sesakit waktu kemarin, hanya saja karena terlalu brutal jadi Gita terlalu kaget.

Untung tidak dilakukan setiap hari, bisa-bisa tulangnya remuk semua. Belum lagi Tama yang ternyata diam-diam liar juga.

Pintu terbuka, Tama masuk dengan wajah basah. Melihat sang istri yang menatapnya di atas ranjang.

"Sana, Yang ke kamar mandi dulu," perintah Tama yang kini duduk di kursi rias milik Gita.

"Capek. Bahkan tubuhku aja nggak sanggup buat jalan kamar mandi," keluh Gita.

"Apa perlu aku gendong ke kamar mandi?" tawar Tama menolehkan tubuh melihat sang istri yang sepertinya benar-benar kelelahan.

"Ah kamu emangnya aku anak kecil. Lagian kenapa sih aku udah bilang berhenti, udahan, eh malah lanjut lagi kayak gini sekarang kan, bikin badanku remuk aj. "

Gita mendumel lalu menyibakkan selimut. Duduk dulu di tepi ranjang dan memakai baju sekenanya.

"Ya habisnya kan lama, Sayang nggak gituan. Aku udah ngarepin kamu pakai baju yang tadi. Tapi emang enak kamu polosan sih."

Gita manyun. Ia berjalan terseok-seok keluar kamar. Tama melihatnya malah geli sambil menatap ekspresi Gita lewat pantula  cermin. Berjalan ke ranjang melihat sprei yang kusut masai, lantas ditarik lepas oleh Tama. Menggantinya dengan sprei baru. Ia tata sendiri selagi Gita masih di kamar mandi.

Setelah tampak rapi, Tama membawa sprei lama ke cucian belakang, di sana ia mendapati Gita sedang mengambil pisang dan jambu di atas meja dari tetangga sebelah rumah.

"Malam-malam masa kamu makan jambu sih, Sayang?" tanya Tama sembari memasukkan sprei ke dalam mesin cuci.

"Lapar, tapi udah nggak ada apa-apa. Cuma  pisang sama jambu ini aja."

"Mau dibikinkan mie nggak?" tawar Tama.

Mendengar tawaran itu sepertinya Gita merasa tertarik. "Boleh deh, kasih telur dadar ya sama irisan cabe," pesan Gita yang kini duduk di kursi dapur menikmati pisang.

Tama mengambil stok mie instan yang disimpan ibunya di dalam toples kerupuk. Mengambil dua bungkus beda rasa. Satu mi goreng dan satunya rasa soto ayam kuah. Gita suka mie goreng sementara dirinya suka mie kuah.

Selama Tama memasak mie, Gita mengambil ponselnya. Masuk ke game, rupanya teman-teman yang dikenal Gita masih ada yang online di lukul satu dini hari.

Masuk salah satu room dan mengobrol dengan beberapa user. Setelah mengucapkan selamat datang dan dibalas dengan terima kasih oleh Gita, tak ada obrolan yang menarik. Akhirnya Gita pindah room. Di room pribadi milik salah seorang user baru yang Gita sendiri tidak ingat kapan berteman dengan user tersebut.

"Kamu main game?" tanya Tama yang menunggu mienya sedang direbus.

"Iya, nggak banyak yang online sih beberapa aja. Aku masuk di Serpihan Debu ada beberapa yang online."

Salah PasanganWhere stories live. Discover now