26. Nova

503 73 8
                                    

Gita masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang sudah ia lihat tadi. Lalu menghubungkan dengan cerita Tama soal Emi yang ditemuinya kapan hari. Reval dan Emi sudah memiliki anak. Benarkah anak yang tadi satu keranjang wahana anting-anting dengan Aluna adalah anak Reval? enarkah laki-laki itu orang yang ia kenal dulu? Orang yang pernah menawarkan janji manis. Orang yang pernah memberikan hatinya. Orang yang menghabiskan hari-hari bersama dirinya di game maupun di dunia nyata.

Meski remang-remang di lapangan dan hanya sekejap melihat namun Gita masih mengingat dengan jelas. Tidak ada yang berubah drastis dari Reval. Mantan kekasih yang tidak tahu kenapa malah memiliki anak dan menikah dengan temannya sendiri. Seolah-olah takdir ini Gita anggap salah. Pasangan yang seharusnya bukan ia dan Tama, juga bukan Reval dan Emi.

Benar-benar ini salah pasangan. Ia yang sudah lama menjalin kisah dengan Reval, harusnya berakhir dengan laki-laki itu pula. Begitu pun dengan Emi yang menaruh perasaan pada Tama. Harusnya juga berakhir dengan ending yang bahagia. Tapi kenapa malah terbalik. Ia dengan Tama dan Reval dengan Emi. Masa lalu yang kita pikir tidak akan pernah bersinggungan.

Sampai di rumah ia masih bengong bahkan saat Aluna menegur mamanya tersebut, Gita masih belum sadar dan hanya mengangguk mendengar apa yang disampaikan oleh anaknya. Meskipun kita belum begitu paham yang penting ia mengiyakan dulu dan Aluna pergi ke kamar.

Gita yang duduk di kursi makan dapur diperhatikan oleh Tama yang baru keluar dari kamar mandi. Mules tiada tara setelah mereka tadi mampir membeli bakso, Tama terlalu banyak menuangkan sambal yang ia pikir karena warnanya tidak begitu merah. Alhasil sampai rumah perutnya mulas.

"Kamu kenapa kok malah bengong, Sayang?" tanya Tama menghampiri sang istri ikut duduk di seberangnya berhadapan.

Gita mulai sadar dari melamunnya. "Oh enggak, enggak ada apa-apa sih. Tadi Aluna ngomong apa ya aku ggak begitu dengar."

"Dari tadi kamu diajak ngomong Aluna tuh nggak ngerti ya, Sayang. Aluna bilang dia tuh mau diikutkan lomba lupa mau ngasih tahu karena udah fokus sama pasar malam."

"Lomba apa?"

"Lomba baca puisi katanya minta kamu ajarin."

Fita mengangguk kepala. "Oh, emangnya aku bisa ngajarin baca puisi. Ya kamu tahu sendiri aku bisanya cuma baca naskah Proklamasi pas upacara."

Tama terkikim geli. "Ya nanti kamu belajar dulu baru ngajarin Aluna. Masa aku yang suruh ajarin sih, Sayang."

"Ya deh nanti aku belajar dulu di YouTube"

"Udah ayo tidur mau ngapain di Sini lama-lama. Tadi katanya aku boleh makan kamu kalau habis pulang dari pasar malam," kata Tama mengingatkan janji Gita tadi.

"Capek loh. Masa harus sekarang sih, emangnya kamu sendiri nggak capek?"

"Iya capek sih, perutku juga mules. Ya udah kita tidur aja besok aku masih kerja."

Gita menggangguk dan mengikuti Tama yang mematikan lampu dapur berjalan beriringan menutup kamar.

Di atas ranjan, Tama yang memang sudah lelah tertidur terlebih dahulu meninggalkan Gita yang masih membuka mata dengan posisi miring memunggungi Tama. Tak habis pikir saja dengan apa yang ia lihat tadi. Ingin bertanya pada Tama tapi nanti laki-laki itu marah karena ia terus saja memikirkan tentang Reval.

Padahal ia sudah punya Tama, Reval hanyalah masa lalu. Wajar saja jika Tama tidak ingin Gita terus saja mengungkitkan mantan. Lama kelamaan melamun Gita pun tertidur sendiri.

***

Pagi yang dilalui Gita selalu sibuk seperti biasa. Sampai semua orang meninggalkan rumah, barulah Gita punya waktu untuk bersenggama dengan ponselnya. Gara-gara Aluna akan mengikuti lomba puisi, Gita langsung berselancar ke sosial media mencari contoh pembacaan puisi bagi anak SD. Tentu saja tidak akan sedramatis pujangga di TMII. Lembacaan puisi anak SD tentu lebih sederhana. Maka dari itu Gita pun mencari referensi dengan menonton YouTube.

Salah PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang