24. Kembali Ke Rumah

565 73 6
                                    

Setelah isya, Gita, Tama dan Aluna berpamitan pada Sofi. Mereka bertiga akan kembali ke rumah. Tadi pagi Gita sudah sibuk menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa pulang. Meskipun jarak rumah juga tidak terlalu jauh, namun tetap saja banyak barang yang akhirnya diambil dari rumah pindah ke tempat Sofi. menumpuk di sana.

Tama baru pulang menjelang magrib. Istirahat sejenak, makan barulah setelah isya mereka pulang ke rumah.

Aluna pamitan pada neneknya dengan memeluk erat dan juga mencium tangan. "Luna pulang dulu ya, Nek. Nanti kapan-kapan jenguk ke sini. Jangan kangen ya, Nek. Kalau malam nggak ada Luna yang keloni Nenek, peluk guling aja," kata Aluna yang ditanggapi Sofi dengan senyuman gemas.

"Iya iya Nenek nggak kangen. Paling juga rindu sedikit sama Luna," adu Sofi.

"Sama aja itu, Nek. Kangen sama rindu itu cuma adik kakak. Nanti telepon Luna ya kalau kangen."

Sofi mengangguk. "Oke siap, Nyonya."

Aluna kemudian berjalan naik ke motor, di mana Tama sudah naik lebih dahulu. Gita mengecup tangan ibunya lantas memeluk sambil mengecup kedua pipi sebelum benar-benar melangkahkan kaki keluar dari rumah tersebut.

Sofi melambaikan tangan dibalas oleh Luna dan Gita yang perlahan menjauh dari halaman rumah. Sampai benar-benar tak terlihat, Sofi baru masuk ke rumah. Menutup pintu dan bersiap untuk istirahat. Malamnya kembali sepi setelah beberapa hari ada anak cucu dan menantunya di sini.

Dalam perjalanan naik motor, Luna berada di tengah. Biasanya di depan tapi karena malam takutnya gadis itu mengantuk. Jadinya taruh di tengah agar jika ngantuk Gita bisa menahannya dari belakang.

"Mau mampir dulu nggak apa langsung pulang ke rumah?" tanya Tama setengah menolehkan kepala agar suaranya terdengar oleh Gita.

"Langsung pulang aja. Kita loh bawa banyak barang. Kalau mampir dulu malah repot nanti naik sama turun."

"Ya udah langsung ke rumah aja kita."

Motor melaju. Di tengah perjalanan seperti dugaan Gita, sang anak pun sudah terlelap sambil memeluk lapanya. Menyandarkan kepala di punggung juga dalam pelukan Gita di belakang. Aluna mengantuk sekali, mungkin karena efek Angin malam dalam perjalanan. Membuat gadis itu seperti di-nina bobokan.

Ketika di rumah, barang-barang di turunkan. Hanya beberapa yang dibuka. Hari juga sudah malam. Gita dan Tama sudah repot dengan membersihkan rumah. Kamar Aluna disapu dan spreinya diganti karena sudah seminggu lebih tidak ditempati. Jadilah malam ini Aluna harus tidur sejenak menunggu kamarnya siap dengan berbaring di depan televisi.

"Sayang ayo bangun kamarnya udah diberesin," kata Gita membangunkan sang anak.

"Iya, Ma. Aluna pun bangun sambil mengucek matanya.

Berjalan pelan menuju kamar lalu menutup pintu tak ada suara lagi. Menandakan gadis itu sudah lelap, tinggal Gita dan Tama yang membereskan kamar mereka. Rumah sudah disapu dan dipel oleh Tama. Gita merapikan tempat tidur, mengganti sprei juga seperti yang dilakukan di kamar Luna.

Setelah semua beres hampir tengah malam, keduanya bersiap tidur. Gita lebih dulu tiduran. Tama langsung menutup pintu dan mematikan lampu, baru menyusul tiduran di samping Gita.

"Akhirnya bisa tidur di rumah lagi ya. Udah berapa minggu kita nggak tempati," kata Giya yang menatap langit-langit kamarnya.

"Iya kangen juga tidur di sini. Meskipun di sana enak tapi di rumah sendiri lebih enak dan bebas. Terutama kamu, kalau mau menjerit nggak repot takut kedengeran sama Ibu," kata Tama yang langsung disinisi oleh Gita.

"Kapan aku jejeritan!" protes Gita tak terima.

"Pas kita lagi main kan kamu suka menjerit enak. Kalau nggak aku cium, kamu udah bangunin satu kampung, Sayang."

Salah PasanganWhere stories live. Discover now