35. Melepaskan (End)

1.3K 106 19
                                    

Padahal rencana kita hari ini akan balik ke kos karena malam nanti ia janjian dengan Reval. Namun sejak siang sampai sore hujan deras menghantam bumi, ditambah lagi ia sendirian di rumah. Sejak pagi Sofi sedang rewang ke rumah saudara dari pihak ayahnya.

Pagi-pagi sofi dan Gita juga sudah di sana untuk bantu-bantu, namun saat dzuhur Gita pamit pulang karena ia ingin tidur sejenak sebelum sore balik ke kos. Sementara Sofi masih tinggal di sana, nanti malam rencananya akan pulang diantar oleh sepupunya.

Hari sudah sore bahkan sudah mau magrib, tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Sofi juga sudah menelpon Gita menanyakan apakah anaknya tersebut jadi kembali ke kos atau tidak. Sofi berencana untuk menginap di rumah saudaranya tersebut karena takut diantar pulang malam-malam. Saat hujan jalanan licin dan petir menyambar.

Gita membuka pintu rumah melihat jalanan yang mulai gelap padahal magrib juga masih satu jam lagi. Tanah di halamannya tak terlihat lagi karena air sudah mulai naik. Untung saja tidak sampai masuk ke teras rumah. Kalau begini ia sudah pasti batal bertemu dengan Reval. Di rumahnya sedang hujan entah di daerah kosnya dan rumah Reval. Sepertinya melihat mendung yang begitu gelap di berbagai arah mata angin sepertinya hujan memang merata.

Gita menutup kembali pintu rumahnya. Ia telepon Reval untuk memberitahukan kencan hari ini batal. Reval pun juga setuju karena di rumahnga sama hujan deras dan petir menyambar. Lagi pula esok juga masih ada waktu. Gita hendak online dengan laptopnya namun karena hujan deras membuat jaringan agak lemot. Tadi ia sudah mencoba dan sering terkeluar sendiri. Gita pun malas untuk online lagi.

Satu-satunya pilihan yang ia bisa lakukan adalah menikmati hujan dengan membuat mie rebus berteman potongan cabe, telur ceplok sambil menonton televisi sembari menunggu magrib tiba.

Baru juga gita merebus air hendak masukkan mie, ponselnya berdering. Telepon dari Tama membuat Gita cepat-cepat mengangkatnya.

"Halo, Tam ada apa?"

"Kamu di rumah apa udah balik ke kos?"

"Di rumah nggak jadi balik hari ini. Lagian aibu juga rewang di rumah saudara. Aku sendirian di rumag. Kenapa emangnya?"

"Aku disuruh Ibu nganterin soto tapi mastiin dulu ada orang nggak di rumah. Soalnya lampu teras mati aku lihat tadi."

Gita padahal baru juga membuka pintu. Kenapa ia tidak sadar lampu terasnya belum ia nyalakan.

"Oh lupa. Lagian belum malam juga masih sore gini belum aku menyalakan."

"Ya udah aku ke situ ya, ini mumpung masih panas Ibu bikin soto suruh nganterin ke rumahmu."

Rencana membuat mie Gita batalkan. Ia langsung mematikan kompor dan menunggu kedatangan Tama dengan membukakan pintu lebih dahulu. Keluar ke teras dengan sedikit menempel ke tembok karena hujan menerpa tubuhnya jika ia melangkah terlalu ke depan.

Ia bisa melihat Tama yang keluar dari rumah membawa rantang juga payung berjalan pelan ke rumahnya.

Gita langsung menerima rantang yang dibawa oleh Tama. "Wah Kebetulan aku lagi mau makan dapat kiriman soto," kata Gita senang.

"Ya udah dimakan aja ini mumpung masih panas."

Gita melihat punggung dan pundak Tama basah meskipun sudah memakai payung, tetap saja ada bagian yang terkena air hujan. Gita pun mempersilahkan laki-laki itu buat masuk.

"Masuk dulu, Tam."

Tama mengikuti langkah Gita masuk ke rumah setelah ia meletakkan payung di teras. Tama dipersilakan duduk bukan di ruang tamu melainkan di depan televisi.

Gita langsung membongkar rantang yang dibawakan oleh ibu Tama di dapur. Ia buatkan teh juga buat Tama. Dari dapur, Gita bisa melihat Tama duduk depan televisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salah PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang