21. Melepas

809 85 6
                                    

Gita sudah tidak tahu lagi. Bahkan ia sudah merasa tidak menginjak bumi. Sentuhan demi sentuhan di sekujur tubuh membuatnya lupa diri, bahkan tidak sadar bahwa tubuhnya tidak terlapisi satu benang. Di atas ranjang yang menjadi saksi bisu dirinya memasrahkan diri berada dalam kungkungan Tama yang mulai bergerak setelah melakukan pemanasan.

"Tama," lirih Gita saat Tama mulai mendesak ingin masuk namun masih berusaha digesekkan.

"Iya, Sayang, kenapa. Aku mau masuk ini."

"Aku takut."

Satu tangan Tama mengusap pipi sang kekasih yang Sinar matanya pun meredup. Ingin memejam tapi juga ingin melihat dengan jelas.

"Takut apa, Sayang. Aku bakalan pelan kok."

Gita langsung menjerit tertahan dengan kedua tangan meremas sprei, begitu sesuatu melesak masuk menembus tanpa ada penghalang. Seolah memang sudah terbiasa masuk, hanya saja sedikit perih dirasakan Gita dan sesak pastinya.

Gita memejamkan matanya kuat-kuat, bahkan ketika Tama mulai bergerak perlahan semakin cepat diiring rintihan yang keluar begitu saja tanpa disadari Gita. Tangannya masih mencengkeram sprei, namun begitu gerakan Tama semakin cepat ia malah mencengkram lengan laki-laki itu.

Gita tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Bahkan ia merasa malu sekaligus bodoh sekali merintih  seperti ini.

"Sayang buka matanya lihat aku," pinta Tama.

Gita malah menggeleng. Ia tetap memejamkan mata tidak berani menatap Tama. Ia sungguh malu bahkan pipinya saja terasa panas. Sungguh ini terlalu memalukan dalam hidup. Namun tak semenyakitkan yang ia bayangkan.

Tama bergerak semakin cepat bahkan kedua kaki Gita sudah ditekuk untuk semakin memperdalam hentakannya.

Remasan pada dua gundukan yang ujungnya mengeras itu pun akan membuat Gita menggila. Ia sampai menutup mulutnya dengan telapak tangan merasa malu karena malah merintih bahkan menjerit, kala Tama menggerayangi. Gita diam saja bingung harus membalas seperti apa.

Yang Gita tahu, sesuatu datang saat Tama mulai bergerak semakin liar. Gita menggapai, mencengkeram kuat dan tak peduli lagi dengan keadaannya.

Tama menggantikan telapak tangan dengan bibir, sehingga saat pelepasan itu jeritan Gita teredam. Agar tak sampai menghebohkan kamar Sofi yang bisa saja didengar oleh ibu dan anaknya.

Merasa lega, Tama melepas ciumannya. Memperhatikan sang istri yang baru saja mendapatkan pelepasan pertamanya. Ia akan membuat sang istri mendapatkannya lagi dan lagi.

Gita pikir setelah itu ia bisa terbebas, rupanya salah. Tubuhnya malah dibalik oleh Tama dan laki-laki itu mulai melancarkan aksinya sampai Gita lemah tak berdaya. Ambruk di atas kasur dengan napas terengah basah namun juga puas.

Momen pertama Gita melepas diri di hadapan Tama dengan keadaan yang melelahkan. Tama sendiri pun juga berbaring di samping mengatur napas.

"Makasih, Sayang," kata Tama membelai rambut Gita yang tidur tengkurap.

Gita tak menjawab, hanya dehaman karena matanya sudah terpejam. I lelah dan mengantuk sekali.

Melihat Gita yang kelelahan, Tama membiarkan saja perempuan itu. Ia sendiri turun dari ranjang mengambil bajunya dan keluar ke kamar mandi.

Tama tidak langsung mandi malam ini, hanya membersihkan diri setelah itu kembali membangunkan Gita agar perempuan itu membasuh dulu sebelum semakin lelap.

"Sayang bersihkan dulu nanti tidur lagi. Buruan," kata Tama membantu Gita untuk duduk.

Perempuan itu terlalu ngantuk, dengan mata setengah memejam dia dibantu Tama memakai baju untuk menuju kamar mandi. Setelahnya baru merasa lebih segar dan kembali kamar melanjutkan tidur  mengisi tenaganya.

Salah PasanganWhere stories live. Discover now