33. Sejenak Kisah

668 83 5
                                    

"Git, Gita!"

Suara panggilan namanya membuat Gita perlahan membuka mata. Begitu ia buka mata, lampu kamar tampak temaram. Ia edarkan pandang. Ada Nova yang jongkok di hadapannya.

"Bangun, udah malam ini pindah tidur aja di kasur. Reval nggak bakalan datang juga udah jam segini."

Gita masih mencerna ucapan Nova. Ada apa dengan Reval dan kedatangan laki-laki itu? Bukankah ia tadi sedang terbaring di kasur memegang ponsel sedang tidak enak badan sebelum suara Tama yang meneriakkan namanya terakhir Gita ingat.

Tangan Gita bergerak rupanya ada laptop yang masih terbuka di hadapannya. Lantas Gita mulai mengingat sesuatu. Bukankah ini saat terakhir yang ia ingat sebelum bangun di kamar bersama Tama? Apakah sekarang ia sudah bangun dari mimpi yang terasa nyata itu?

Nova hendak salat Isya membangunkan Gita yang tertidur di mejanya. Hari sudah pukul setengah sebelas malam. Dua teman sekamar lain, sudah tidur lelap. Satu kamar kos memang dihuni oleh empat orang dengan dua kasur yang sejajar.

"Bangun, ganti baju sana. Udah jam segini Reval nggak bakal datang." Gita masih mencerna semua kejadian yang dialaminya saat ini ia berada.

"Iya," jawab Gita lemah yang kemudian berdiri dari posisi duduknya karena tempat itu akan dipakai Nova untuk salat Isya.

Gita melepas baju, menggantinya dengan kaos biasa yang masih tergantung bersama kaos penghuni kamar yang lain. Ia ganti celana panjangnya dengan celana pendek. Membuka pintu kamar perlahan karena takut mengganggu teman yang lain, Gita berjalan ke ujung lorong di mana balkon itu paling ujung bisa melihat jalanan depan kos.

Angin malam menerbangkan rambutnya. Menatap bintang di langit, menghembuskan napas pelan, Gita mencubit lengan dan merasakan sakit.

Apa yang sudah terjadi? Apakah ia tadi tertidur dan bermimpi kehidupan masa datang? Kenapa begitu nyata rasanya. Masih saja Gita tak percaya kembali ke saat ini di mana waktu berjalan mundur kembali seperti sedia kala. Seperti saat memang ia harusnya berada.

Melamun dan memikirkan hal apa saja yang sudah ia lewati dalam mimpi sekejapnya. Kisah yang tidak biasa, kisah yang membuatnya tertawa, menangis, haru, bangga, bersama orang-orang di kehidupannya sekarang dalam versi masa datang.

Gita berjalan menuruni tangga, mengambil air menyegarkan diri lantas kembali ke kamar. Begitu masuk lagi ke kamar Nova sudah tertidur. Tinggal ia sendiri penghuni kamar yang masih belum tidur. Bagaimana ia bisa tidur lagi saat dirinya baru bangun dari sebuah kisah panjang.

Gita mengambil ponsel lamanya. Tak ada pesan dari Reval sama sekali, padahal harusnya mereka berjanji untuk bertemu malam ini. Ia menunggu sampai ketiduran tanpa ada kabar apa pun dari kekasihnya itu.

Ngomong-ngomong soal laki-laki itu, Gita jadi ingat dengan apa yang sudah ia alami di mimpinya. Nanti, ia tidak akan merenda kisah dengan Reval. Demikian pernyataannya mimpi Gita. Sekadar mimpi sebagai bunga tidur ataukah pertanda?

Bukannya pesan dari Reval yang datang, melainkan pesan dari Tama. Bertanya kenapa malah off tiba-tiba. Padahal tadi Gita dan Tama sedang bermain game.

Membaca pesan dari Tama yang masih apa adanya, membuat Gita mengulas senyum. Benarkah Tama orang yang seperti ini nantinya? Orang yang mencintainya, menjaganya dan berkorban banyak untuknya. Padahal di masa ini Tama adalah orang yang begitu membenci dan Gita benci. Menjengkelkan, usil, suka mengurusi hidup orang tapi sebenarnya laki-laki itu baik melebihi apa yang Gita pikirkan.

Gita membalas pesan dari Tama.

_Aku tadi ketiduran makanya off_

Tak lama pesan dari Tama datang lagi.

Salah PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang