38. Payung Hitam

202 41 10
                                    

"Apa setelah hari itu kamu bertemu dengan Lucy lagi?" Ten bertanya pada Taera yang berjalan menghampirinya dengan setoples cookies dan susu cokelat. Gadis itu mendudukan dirinya tepat di sebelah Ten. Mereka berdua hanya duduk berdua di sofa ruang tamu, Renjun sudah pergi dan Na Jaemin juga tidak pernah mengganggu kakak beradik itu lagi.

Taera menggeleng, gadis itu hanya terus memasukan satu-persatu cookies kedalam mulutnya sampai terlihat kesulitan saat mengunyah.

"Kamu seperti orang yang sedang mengalami depresi." Ten berujar perihatin, sesekali berdecak lelah mengamati Taera yang menonton Tv tanpa minat.

"Oppa.."

"Kenapa?"

"Seharusnya sekarang ini aku merasa tenang, tapi kenapa aku malah merasa kosong?" Taera memberikan Ten tatapan sendu dengan mulut penuh cookies, adiknya itu benar-benar terlihat sedih.

"Apa perasaan itu muncul karena kamu merindukan Huang Renjun?" Ten bertanya curiga, tapi Taera hanya diam dan malah membalikan wajahnya kembali menatap Televisi.

"Diammu itu aku anggap iya—"

"Entahlah." Taera memotong ucapan Ten, gadis itu berhenti memakan cookies yang masih di pangkuannya. "Bahkan aku nggak pernah melihat Sammy lagi. Setelah Jeno memberitahuku Sam terlibat kecelakaan yang disebabkan oleh Jun, dia nggak pernah kelihatan lagi. Apa dia hanya ingin aku mengetahui itu, lalu pergi gitu aja?"

"Lucy juga sudah nggak pernah datang menggangguku, padahal dia sangat terobsesi dengan tubuhku tapi sekarang dia malah menghilang. Apa dia sudah move on dan nggak mencintai Oppa lagi?"

"Bahkan Na Jaemin juga nggak pernah bisa mengantar aku berbelanja akhir-akhir ini, biasanya dia selalu dengan sukarela mengantarku kemana pun —tapi sekarang dia bahkan nggak meminta aku mengerjakan tugas sekolahnya lagi. Apa Na Jaemin sudah mendapatkan penggantiku?"

"Apa kamu berharap Oppa benar-benar menjawab semua pertanyaan itu?" Ten menghembuskan napas berat, memijit pelipisnya yang terasa nyeri.

Sepertinya Taera memang sedang hilang akal. Biasanya adiknya itu selalu mengeluh setiap kali merasa terganggu dengan hantu atau orang-orang di sekitarnya, tapi sekarang Taera malah seperti orang depresi karena kehilangan banyak hal dalam hidupnya.

"Masih ada Jeno yang mau meladeni kamu." Ten memberitahu Taera, berharap adiknya itu berhenti mengeluh. "Juga ada Lee Haechan, dan Ryuna. Dulu kalian selalu menonton anime bersama kan?"

Taera mengerucutkan bibirnya, gadis itu hanya menggerutu tidak jelas. "Tapi mereka nggak pernah ganggu aku, jadi aku gak kangen mereka."

"Terserah." Ten tanpa sadar memutar bola matanya jengah. "Sejak kapan kamu merengek karena merindukan orang lain?"

"Bahkan sejak dulu kamu nggak pernah kangen Appa yang jarang pulang, dan sekarang kamu bahkan merindukan Lucy?" Ten bertanya tidak habis pikir. Entah apa yang merasuki Taera, sifat Taera yang mulai berubah derastis membuat Ten agak merasa takut.

Ten jadi melihat sisi lain Taera yang tidak pernah dia tunjukan.

Adiknya itu selalu bersikap dingin dan acuh, Taera selalu terlihat tidak peduli pada sekitarnya dan enggan mengungkapkan perasaan dengan gambelang. Tapi sekarang Taera sudah banyak berubah, akhirnya Ten bisa melihat Taera memiliki sisi menggemaskan dalam dirinya. Seperti seorang adik pada umumnya.

"Mau Oppa temani makan ice cream di tempat kesukaan kamu?"

Taera hanya menggeleng dan meletakan gelas susu yang isinya sudah habis di atas meja. Setelahnya dia beranjak bangun dan merapikan pakaiannya. Gadis itu merogoh botol kecil dari saku celananya lalu mengoleskannya di bibir, itu liptint rasa stroberi yang tidak pernah lupa dia bawa kemana pun.

I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now