21. Rahasiaku

3.6K 627 111
                                    

Awalnya aku hanya ingin menyimpan semuanya untuk diriku sendiri.

Sebagai rahasia.

Sebagai sesuatu yang hanya aku yang dapat mengerti.

Tapi sejak detik itu, rasiaku bukan lagi rahasia ketika mata kita saling bertemu.

Bibirku bisa saja terus bungkam, tapi sinar mata yang terpancar tidak bisa berdusta.

Jangan menerka-nerka apa yang menjadi rahasiaku.

Karena nyatanya rahasiaku bukan sekedar aku yang telah jatuh padamu.

Ini lebih dari itu.

-Huang Renjun-


*


"Kamu gak apa-apa?" Renjun berlutut di hadapanku, air mata masih menggenang di kedua sudut matanya.

"Aku baik-baik aja"

Renjun memejam, setetes air jatuh mengaliri pipinya yang putih pucat, kemudian air itu lenyap sebelum sempat jatuh menyentuh lantai. "Aku takut" ujarnya parau "Aku gak tau harus gimana kalau sampai kamu kenapa-kenapa"

Pertama kali aku melihat seseorang sampai setakut itu karena terlalu khawatir dengan keadaanku. Baru kali ini seseorang menangis hanya karena takut keadaanku gak baik-baik aja. Untuk beberapa saat aku sempat tertegun akan hal itu --karena sebelumnya gak pernah ada yang sepeduli itu.

Untuk beberapa detik aku bisa melihat kekhawatiran yang sangat nyata di dalam sorot matanya.

Untuk beberapa saat aku sempat merasa sangat penting baginya. Bagi seorang Huang Renjun.

Kedua kelopak mata Renjun terbuka perlahan. Dia menatapku lekat, kemudian begitu saja kedua tangannya melingkar erat di sekitar bahu dan punggungku. Renjun memelukku. Memelukku seerat yang dia mampu. "Jangan terluka karena aku Taera" suara Renjun berbisik lemah di telingaku.

"Selamanya terjebak disini pun gak apa-apa" aku merasakan jemari dingin Renjun menelusup masuk kedalam helaian rambutku, kemudian bergerak lembut disana "Aku gak mau karena aku, kamu jadi dalam bahaya."

Aku hanya diam membeku dalam rengkuhan tubuh Renjun. Rasanya lidahku terlalu kaku untuk bisa menjawab perkataannya. Lagi pula apa lagi yang bisa aku katakan sekarang? Toh, aku memang terlanjur sudah jatuh dalam bahaya itu sendiri.
Aku sudah mempertaruhkan jiwaku sendiri, hanya agar Renjun bisa kembali. Hanya agar dia bisa melihat dunia lagi seperti sebelumnya.

Sekarang hanya tinggal menunggu hari itu tiba. Hari dimana aku memang telah siap menyerahkan segalanya untuk bisa menyelamatkan satu kehidupan seseorang. 

"Renjun"

"Hm?" Renjun perlahan memundurkan badannya, kemudian dia meletakan tangan kirinya di bahuku dan telapak tangan kanannya menyentuh satu bagian pipiku lembut.

Rasanya aneh karena aku hanya ingin menangis saat ini. Dengan susah payah aku menahan diri agar tidak menangis di depan Renjun sekarang. "Selama ini aku selalu berpikir kalau urusan orang lain bukan sesuatu yang pantas aku campuri. Karena itu, aku gak pernah peduli sama orang lain, ataupun pada urusan mereka. Sekali pun aku tau seseorang akan mati hari ini -aku gak akan berusaha menyelamatkannya."

I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now