14. Reason

4K 744 76
                                    

Aku tau malam ini para jomblo butuh hiburan..








🌌🌌🌌

"Perih ya?" Aku dengan hati-hati merapikan poni Jaemin yang menutupi wajahnya. Luka Jaemin tidak terlalu serius, hanya memar biasa. Sehingga dia tidak perlu menginap dirumah sakit seperti Jeno.

Bicara soal Jeno, dia sempat siuman tadi, tapi dia masih butuh banyak istirahat sekarang. Orang tua Jeno datang ke rumah sakit bersamaan dengan lima orang teman Jeno. Ibuku dan Ten Oppa juga menyusul kesini. Semua orang dengan raut wajah cemas berkumpul di ruang tunggu rumah sakit.

"Ceritain sama Mama, sebenernya apa yang terjadi?"

Astaga, hampir saja aku berpikir kalau pertanyaan yang ibuku lontarkan itu di tujukan untukku. Ternyata pertanyaan itu untuk Jaemin. Mama katanya? sepertinya Jaemin lah yang anak kandung disini.

"Semua ini salah saya Ajumma" Haechan yang berdiri tidak jauh dari tempat ibuku dan Jaemin duduk menyahut cepat "saya yang minta Jaemin datang ke jalan itu"

"Kenapa kamu minta Jaemin kesana malam-malam?" nada suara ibuku memang tidak tinggi, tapi terkesan tajam.

"Motor Haechan mogok di jalan itu, jadi dia nelpon Jaemin dan minta disusulin kesana" Jaemin menjawab dengan suaranya yang terdengar tidak bertenaga.

Ibuku mengela napas, kemudian berdiri "Kita semua bersyukur kamu gak apa-apa. Untung ada teman kamu yang namanya Jeno itu kebetulan lewat disana. kalau gak ada dia gimana?"

"Udah lah mam, yang penting Jaemin gak apa-apa" Aku ikut berdiri "tapi gimana sama orangtuanya Jaemin?"

"Jangan kasih tau mereka" Jaemin berpaling pada ibuku "aku gak mau mereka khawatir. Apalagi mereka lagi diluar Negeri sekarang"

Ibuku mengangguk "Gak akan ada yang kasih tau mereka kalau kamu maunya begitu" kemudian tangannya terulur untuk membantu Jaemin berdiri "kita pulang sekarang. Kamu harus istirahat"

Aku dan Ten hanya bisa menyaksikan drama ibu dan anak itu dengan pandangan kagum. Ibuku sepertinya hanya memiliki Jaemin sebagai anaknya, sementara aku dan Ten sampai di lupakan keharadirannya. Ah, bukan hanya aku dan Ten—– Renjun berdiri sendirian di dekat pintu masuk ruangan Jeno. Aku juga sampai melupakan kehadirannya.

🌃🌃🌃

Sampai dirumah aku tidak tinggal diam. Aku langsung mengintrogasi Renjun, memintainya menceritakan apa saja yang dia ketahui tentang kejadian yang menimpa Jaemin hari ini. Awalnya aku ingin menanyai Jaemin langsung, tapi seperti kata ibuku, Jaemin butuh istirahat. Luka di tubuh Jaemin memang tidak parah, tapi dia jelas terlihat cukup shock dengan kejadian yang menimpanya hari ini.

"Besok aja dilanjutin sesi introgasinya—– aku ngantuk"

Aku memutar bola mata malas. Ingin sekali rasanya memukul kepalanya itu, tapi Renjun tidak akan bisa tersentuh kalau dia sendiri tidak menginginkannya. "Sejak kapan hantu butuh tidur?"

Renjun tiba-tiba menyengir lebar, membuatku jadi terkesiab dan otomatis menjauh darinya. Jangan bilang hantu bisa kesurupan?

"Kenapa tiba-tiba nyengir gak jelas gitu sih? Ngeri banget"

"Ngeri ya?" Renjun menggaruk belakang lehernya yang pasti tidak gatal "Kata Hemi kalau aku nyengir ganteng"

Hemi? Hantu sialan itu lagi.

"Mana ada sih setan nyengir ganteng" Aku mendengus.

Ada, jujur setan di hadapanku ini adalah contoh nyatanya. Tapi tentu saja aku terlalu gengsi mengakui hal itu.

I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now