13. Pilihan

3.9K 644 112
                                    

Aku tidak tau harus bereaksi seperti apa ketika melangkah lebih dekat lagi pada sekelompok orang-orang yang sangat ku kenali. Di pangkuan Chenle ada Lee Jeno yang sejak aku datang sudah memejamkan matanya rapat. Badannya penuh memar, darah segar mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya. Jaemin? Keadaannya tidak jauh berbeda dari Jeno, tapi Jaemin masih sadar. Dia berjongkok di dekat Haechan, matanya menerawang jauh seperti tidak sadar lagi dengan apa pun yang terjadi di sekitarnya.

Bahkan Renjun juga berada disini, dia berdiri di antara Haechan dan Jaemin. Dia menatapku tapi tidak menghampiriku atau berusaha bicara denganku.

Aku benar-benar bingung, harus kah aku bersyukur atas pemandangan ini?

"Biar aku yang nyetir mobilnya" Lucas yang pertama kali bicara "Cepet bawa masuk Jeno ke dalem mobil, kita harus ke rumah sakit"

Aku masih tidak bergeming ketika Lucas menyentuh bahuku, dingin dari telapak tangannya merambat ke tubuhku "Jangan khawatir, kita cuma perlu bawa Jeno ke rumah sakit. Ini gak separah kelihatannya"

Tetap saja aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Sekedar membuka mulut saja rasanya terlalu sulit. Ini terlalu mengejutkan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Ada banyak sekali pertanyaan yang memenuhi otakku. Situasi ini terlalu sulit untuk bisa aku mengerti sendiri tanpa ada satu pun orang yang bersedia menjelaskan.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi Chanle dan Jisung mengangkut tubuh besar Jeno dan memasukannya ke dalam mobil. Di ikuti Jisung yang membantu Jaemin berjalan untuk ikut masuk ke dalam mobil. Sadar akan kebisuanku, Jisung kembali menghampiriku setelah Jaemin berada di dalam mobil bersama Chenle dan juga Haechan yang menjaganya. Mobil itu pergi dengan Lucas sebagai pengemudinya, meninggalkan aku yang masih terpaku dengan ketidak pahaman akan situasi saat ini.

"Panjang ceritanya Ra, kejadiannya terlalu tiba-tiba" Jisung berbicara. Hanya kami berdua yang tertinggal disini, di jalan Lotus yang minim cahaya. Bahkan Renjun ikut bersama Lucas yang membawa mobilku untuk mengantarkan Jaemin dan juga Jeno.

"Aku ceritain sambil jalan ya?" Jisung menarik pergelangan tanganku, menuntunku berjalan ke tempat dimana motor besar Jisung terparkir.

"Naik, kita nyusul mereka ke rumah sakit" Jisung kembali mengulurkan tangannya untuk membantuku naik ke atas motor besarnya, yang langsung aku sambut dengan menggenggam tangannya erat.

Jisung membuka jaket kainnya yang berwarna putih susu, dia setengah berbalik untuk menatapku "Pakai ini, dingin" Katanya setelah memberikan jaketnya itu padaku.

"Udah di pakai?"

"Udah" mendengar jawaban itu Jisung mulai menjalankan motornya. Refleks pegangan tanganku di bahu Jisung mengerat ketika motornya mulai melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya.

Bekas hujan masih menyisihkan sisa-sisa dingin yang cukup membuat tubuh mungilku menggigil di dalam dekapan jaket kain milik Jisung. Laju motor Jisung yang melebihi kecepatan rata-rata membuat rasa dingin semakin membekukan. Apa Jisung tidak merasa kedinginan? Tubuhnya hanya di balut kaus putih polos berlengan pendek, dan juga celana jeans berwarna hitam yang dia kenakan.

Jisung tidak mengenakan helm, aku juga tidak. Untung saja sepanjang jalan kami tidak bertemu dengan polisi. Lagi pula ini sudah sangat larut, sudah jam setengah sebelas malam. Mungkin polisi sudah tidur?

"Luka Jeno cukup parah, dia terlalu banyak menggunakan pisiknya untuk melawan."

Suara Jisung terdengar jelas karena jarak kami yang sangat dekat "Motor Haechan mogok di dekat jalan Lotus, Jaemin kesana karena di telpon Haechan. Tapi yang namanya malam hari memang rawan, Jaemin di cegat tiga orang preman di jalan itu."

I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now