22. Ketakutan terbesarku

3.5K 590 106
                                    

Ketakutan terbesarku adalah ketika waktu itu benar-benar tiba,

Waktu dimana kita gak lagi berada pada tempat yang sama.

Waktu dimana aku gak bisa lagi menemukan keberadaanmu disana.

Rasa takut itu --rasanya aku hampir gila memikirkannya.

-Lee Taera-





*



Hembus angin malam perlahan membelai lembut permukaan kulit wajahku. Aku mengerjap, lalu menemukan jendela kamar sudah terbuka dengan satu sosok tinggi berdiri disana menghadap pada jendela yang terbuka. Keadaan kamar yang gelap seolah menyatu bersamanya yang juga mengenakan gaun gelap serupa malam.

Sosok itu berbalik, kemudian tersenyum saat mendapati aku yang sudah terjaga dengan pandangan yang juga mengarah padanya. "Maaf Taera, tanpa sengaja kehadiranku pasti sudah mengganggu tidurmu"

"Dan hal itu jelas gak lebih buruk dari semua perbuatanmu yang selalu mengusikku selama ini Lucy"

Iya, dia Lucy. Jika ada sosok yang paling ku benci di dunia ini, dia adalah orangnya. Hati makhluk itu --hatinya sehitam pakaiannya. Jangan pernah tertipu pada senyum dan wajahnya yang cantik, karena nyatanya dalam dirinya tidak ada satupun kecantikan yang tersisa.

"Kenapa kamu kesini? Kalau sampai Renjun melihat kamu-"

"Dia gak ada disini, karena itu lah aku berani datang" Lucy berjalan mendekat, kemudian mendudukan dirinya di salah satu sudut ranjangku. "Aku jelas bisa melihat bagaimana caramu melihat arwah itu. Aku tau kalau arwah itu memiliki kedudukan spesial --tapi tidak pernah menyangka kalau dia sepenting itu untuk kamu"

Aku hanya bisa menampilkan senyum muak menanggapi ucapannya "Pasti puas rasanya karena setelah sekian lama kamu akhirnya menemukan titik lemahku"

"Pasti sangat menyenangkan kan mendapati aku yang akhirnya menyerah?"

Raut wajah Lucy tampak beku, tidak ada sedikit pun raut senang dari wajahnya. "Jika bukan karena-nya, aku tidak akan sampai melakukan hal ini padamu Taera. Kamu jelas tau itu"

"Tapi di saat yang sama, kamu juga tau apa yang terjadi di antara aku dan Renjun" Aku membalas dingin. "Apa cintamu sehitam itu Lucy?"

Lucy tertawa hambar, seperti ada luka yang tersembunyi di balik suara tawanya yang khas. "Hampir seribu tahun Taera. Aku menunggu hari itu hampir seribu tahun lamanya, apa kesabaranku menjadi tidak berarti hanya karena menggunakanmu sebagai alat?"

Lucy berdiri, sebelum akhirnya berjalan maju menghampiri aku yang terduduk dengan kedua lengan memeluk bantal. "Kamu tidak akan mengerti luka ku Taera" Tangannya yang putih pucat menyentuh helain rambutku, kemudian membelainya lembut. "Tapi tidak masalah. Setelah tujuh belas hari, kamu akan mengerti bagaimana rasanya berada di posisiku selama ini."

"Terjebak dalam dunia dimana masa dan waktu tidak lagi berlaku disana. Dimana sebenarnya kamu ada, tapi tidak ada satupun orang bisa menemukan keberadaanmu."

Sosok Lucy perlahan memudar, namun sebelum benar-benar lenyap suaranya kembali terdengar "Besok kamu akan bertemu seseorang dengan nama Jun. Dia adalah orang yang akan membuat tujuh belas harimu terasa cepat Taera."





I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now