2. Aku bisa melihat hantu

5.8K 870 120
                                    

Di pagi yang cerah ini aku masih saja kalut akan pemikiran tentang cowok yang kemarin tidak sengaja aku temui di depan rumah. Pantas saja cowok itu terlihat kaget sekaligus heran saat aku ajak bicara, ternyata dia itu hanya hantu yang kebetulan berkeliaran di malam hari. Tapi bagaimana bisa aku tidak menyadari kenyataan itu lebih awal? Bisa-bisanya dengan sangat bodoh aku malah bicara dengannya.

Selama ini aku paling anti yang namanya berurusan dengan hantu dan kawan-kawannya. Jangankan bicara dengan mereka, aku bahkan tidak pernah menganggap mereka ada. Selama tujuh belas tahun hidupku aku sudah banyak melihat dan bertemu berbagai jenis hantu dengan bentuk yang bermacam-macan, tapi kemarin adalah kali pertamanya aku tidak bisa mengenali salah satu dari mereka.

Bagaimana ya harus ku jelaskan? Intinya hantu cowok yang kemarin bicara denganku itu sangat berbeda dari hantu kebanyakan. Penampilannya rapi, wajahnya tidak seram, dia persis seperti seorang siswa normal bukan hantu. Yang paling aneh adalah saat cowok itu berjalan kakinya menyentuh tanah. Hantu lain tidak begitu.

"Hei tuyul cepet makan! malah bengong" Ten menyenggol lenganku membuat lamunanku buyar seketika.

"Apa sih manggil-manggil tuyul!" Aku menatapnya sinis.

"Kenapa suka nyuri uang kalau bukan tuyul?"

Aku mendengus, memang ada ya tuyul secantik dan seimut Lee Tae Ra?

"Cepet habisin sarapannya, gak usah manyun-manyun gitu kayak babi!"

Aku melirik Ten sinis, kemudian tanpa perduli lagi pada ocehan tidak jelasnya aku meneruskan kegitan sarapanku sampai selesai.

###

"Nih pakai jaketnya" Ten membantuku memakai jaket. Selalu begitu, setiap hari selalu memperlakukanku seperti bayi besar.

"Ma aku berangkat sekolah dulu ya" pamitku pada ibuku yang sedang sibuk membersihkan sisa-sisa sarapan pagi ini. beginilah keluarga kecil kami, setiap hari selalu bertiga. Ayahku tidak pernah ada di rumah, dia selalu berada di luar kota dengan alasan yang selalu saja urusan perkerjaan.

"Ten juga berangkat mam," aku dan Ten mencium tangan ibu kami bergantian.

"Hati-hati bawa motornya. Jangan ngebut-ngebut" Ibu memperingatkan Ten, tangannya mengelus bahu anak laki-lakinya itu dengan sayang.

"Siap boss"

###


Jarak dari rumah ke sekolah sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu lima belas menit kalau ke sekolah dengan menggunakan motor. tapi kalau ngebut sepuluh menit juga sudah sampai.

"Mau oppa antar sampai depan kelas?" Tanya Ten setelah membukakan pengait helmku.

"Gak ah, aku udah gede gak perlu di anter-anter segala"

"Oke" hanya itu yang menjadi jawaban Ten.

Aku dan Ten berjalan beriringan menuju kelas kami yang berbeda lantai. Ten terus menggandeng tanganku, benar-benar seperti sedang bersama adiknya yang berumur lima tahun.

"Belajar yang bener" katanya saat sudah sampai di depan kelasnya.

"Iya ih bawel! Hus hus" aku mengusir Ten dengan cara mendorong-dorong badannya agar cepat masuk ke dalam kelas.

Setelah Ten benar-benar masuk ke kelasnya aku langsung menuju kelasku sendiri. Kelasku berada di lantai tiga.

Baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas sesosok makhluk astral sudah menghampiriku dengan teriakan supernya.

"TAERA KANGEN" Kim Ryu Na teman sehidup sematiku berlarian menghampiriku dan langsung memelukku dengan erat.

"Lebay banget! Cuma gak ketemu sehari juga" Aku dengan kasar menonyor kepala Ryuna agar menjauh dari badanku.

Sosok astral lainnya ikut menghampiriku dengan raut wajah memelas "Ra udah buat tugas yang kemarin belum?"

"Udah dong" Aku dengan angkuhnya berjalan menuju bangku ku dan duduk disana dengan anggun.

"Pinjem boleh dong ya?" Jaemin menatapku penuh harap, wajahnya memelas. Pasti anak-anak yang lain bersekongkol untuk tidak meminjamkan buku tugas mereka pada Jaemin. Tidak salah sih kalau mereka begitu, mereka pasti lelah meladeni seorang Na Jaemin yang memang tidak pernah yang namanya mengerjakan tugas sekolah.

"Bingsu plus Cup Chicken?"

"Bingsu aja ya?" Tawar Jaemin.

"Ya udah, gak usah minjem tugas di aku. Pinjem di yang lain aja" aku berujar dingin pada Jaemin.

"Aduhh tega banget sih Ra! Iya deh iya bingsu plus Cup Chicken iya!" Jaemin mengacak rambutnya frustasi.

"Buruan mana bukunya!"

Aku langsung memberikan buku tugasku pada Jaemin. Sementara itu anak-anak yang lain melirikku sebentar kemudian menghembuskan napas kasar. Mereka pasti kesal gagal membuat Na Jaemin jengah.

"Kok di kasih?" Ryu Na yang duduk di sebelahku berbisik.

"Ya di kasih lah, Jaemin itu Atm berjalanku tau" aku menyahut cepat.

"Terus aku apa? Atm berjalan juga?" Tanya Chenle yang duduk tepat di belakang bangku ku dan Ryuna. Tampaknya sejak tadi dia mendengarkan percakapanku dengan Ryuna.

Aku menoleh kebelakang, memamerkan senyum manisku pada Zhong Chenle sang president kelas "Enggak kok Le"

Kelihatannya normal-normal saja dengan kelas dan teman-temanku. Tapi kalau di lihat melalui pandanganku akan terlihat bagaimana kelas kami yang sebenarnya, siswa di kelasku lebih banyak hantunya dari pada manusia hidupnya.

Hantu berada dimana-mana. Ada yang sedang ikut bergosip, ada yang merangkak di plafon, ada juga yang senang menempel pada yang masih hidup. Seperti hantu gadis yang sekarang sedang terus menempel pada Jeno, teman sekelasku yang bisa di bilang ganteng pakai banget itu.

Hantu memang aneh-aneh. Mereka bertingkah seperti orang hidup, mereka selalu ingin melakukan apa yang orang hidup lakukan. Seperti ikut berfoto misalnya, seperti yang hantu di depanku ini lakukan. Dia ikut berpose alay dan tersenyum ke arah kamera seperti yang di lakukan Choi Yera. Ck, benar-benar deh. Kenapa gak bertingkah seperti orang mati pada umumnya saja!

"Hai?"

"Taera aku tau kamu melihatku" Sosok wanita berlumuran darah sedang menopang dagu dan berjongkok di atas mejaku. Aku mengacuhkannya. Aku tetap fokus pada game di ponselku tanpa perlu repot-repot memperdulikan sosok pengganggu itu.

Semua hantu di sekolah ini tau aku bisa melihat mereka. itu karena dulu aku pernah mengusir hantu cowok yang selalu menempel padaku. Awalnya semua hantu penghuni sekolah jadi mengusikku, mereka berusaha bicara dan mendapatkan perhatianku. Tapi akhirnya mereka menyerah karena aku selalu mengabaikan mereka, aku tidak pernah membalas ucapan mereka.

"Kenapa mengabaikanku? Aku hanya butuh teman" ujarnya sedih. Darah terus bercucuran dari wajahnya yang putih pucat.

"Taera ayo berteman"

BRAKH!

Dengan kesal aku meninju meja tempat hantu perempuan itu berada. Hantu itu tampak kaget dengan reaksiku. Mata hitam berongganya terus menatapku.

"Berhenti menggangguku kalau kamu gak mau berakhir seperti hantu cowok di kamar mandi itu" bisikku pada hantu perempuan yang kini menatapku takut.

Aku tau saat ini puluhan mata tengah menatapku. Termasuk mata para hantu penghuni kelas ini.

"Sial!" Desisku.

"Kenapa Ra? Ngelag ya?" Tanya Haechan dari seberang mejaku.

"Iya nih, sinyalnya jelek banget"

"Haha, sabar Taera sabar, jangan emosi gitu" Tambah Jisung yang duduk di sebelah Haechan.

Mereka tidak akan pernah sadar kalau sebenarnya aku berbeda, aku ini bisa melihat hantu.



Tbc.

I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now