24. Take my hand

3.6K 563 154
                                    



Cukup raih tanganku,
kemudian biarkan semesta mengerti bahwa kekosongan di sela jariku hanya akan lengkap bila kamu yang mengisi.







*



Untuk beberapa saat aku hanya bisa diam mematung, masih terpaku di tempat yang sama. Aku tidak salah lihat. Tadi itu memang Renjun. Tapi kenapa dia pergi di saat tau kalau disini aku hanya sedang menunggunya?

"Kamu liatin apa?"

"Bukan apa-apa" aku berkata pelan. Kenapa rasanya sakit saat melihat dia mengabaikanku?

"Aku antar kamu pulang"

Aku memicingkan mataku menatap cowok bernama Jun itu, kenapa juga dia harus repot-repot mengantarku pulang? Aku punya kaki untuk bisa sampai kesini, kaki yang sama juga akan mengantarku pulang.

"Gak perlu" aku menolak dengan suara dingin. "Lagi pula di antar kamu gak bikin aku sampai di rumah lebih cepat."

Jun tidak membantah, tapi kemudian cowok itu menarik seutas senyum simpul "Seenggaknya aku bisa mastiin kamu selamat sampai rumah"

Aku sudah siap melontarkan protes lagi kalau saja Jun tidak lebih dulu melanjutkan kalimatnya "Udah jam 2 pagi, dan itu bukan waktu yang tepat buat biarin kamu jalan sendirian."

"Terserah" aku mendesis malas, melepaskan jaket hitam dari tubuhku dan melemparnya asal pada Jun.

Aku tau saat aku berbalik dan mulai berjalan menjauh, cowok itu benar-benar mengikutiku. Sesaat aku dibuat terperangah ketika tangan besar milik Jun menarik lenganku, kemudian membuat aku berdiri menghadapnya. "Pakai aja" Jun kembali menyampirkan jaketnya di pundakku "Dingin."

Ini adalah pertama kali kami berdua bertemu. Tapi kenapa suara dan bahkan namanya terdengar begitu familiar di telingaku?

Aroma parfumnya, matanya yang berwarna abu-abu, dan juga senyumnya. Semuanya terasa tidak asing. Aku seperti sudah pernah mengenali itu semua sebelumnya, tapi kapan?

"Hei" Jun menepuk pipiku dengan lembut beberapa kali "Kok bengong sih?"

Aku langsung memalingkan wajahku. Dengan langkah cepat aku kembali berjalan mendahului, tanpa peduli pada sosoknya yang tetap setia mengikuti langkahku dari belakang.

"Lee Taera"

Aku tidak menjawab, apalagi berbalik untuk menatapnya. Meski tidak mendapat response dariku, Jun tetap berbicara. Seolah dia juga tidak peduli aku mendengarkan atau tidak "Nama itu" Suara Jun terdengar seperti gumaman "aku merasa sudah mendengar seseorang menyebutkan nama itu berkali-kali"

"Tapi kapan? Aneh banget, aku gak ingat kapan tepatnya aku mendengar nama itu disebut. " aku masih diam, dan Jun masih betah berbicara sendiri.

"Kita baru ketemu hari ini, tapi kenapa kamu terasa gak asing-"

"Renjun"

Langkahku seketika terhenti. Ada hangat yang diam-diam menjalar ketika mata kami saling bertemu. Dia menatapku, tanpa sebuah senyum yang biasanya selalu dia ukir setiap menemukanku.

Wajahnya tampak kaku dan juga dingin --untuk beberapa saat aku sempat merasa dia orang yang berbeda.

"Renjun?" Sebuah suara mengulang nama itu dengan nada parau.

"Kamu pulang aja. Rumahku di ujung belokan sana"

"Tapi-"

Aku menatap Jun dingin "Berhenti bertingkah kita saling mengenal Xiao De Jun" aku melirik sekilas pada name tag di baju seragamnya.

I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now