23. Mencarimu

3.4K 568 85
                                    

Tidak peduli kemana kamu pergi

Pada akhirnya kamu hanya akan terus kembali.

Sekeras apapun kamu berusaha mengelak,

Kelak kamu sendiri akan sadar

Bahwa memang aku lah tempat kamu untuk pulang.




--Dariku, untuk kalian para jomblo di malam minggu.






*



"Brengsek"

"Taera jaga omongan kamu!"

Tanpa memperdulikan Ten yang terlihat marah dengan perkataanku, aku pergi dari rumah. Membanting pintu keras-keras, sebelum kemudian berlari ke satu-satunya tempat yang bisa aku tuju saat ini. Orang-orang melirik aneh padaku, pandangan mereka semua seolah sedang menilaiku. Tentu saja, mungkin aku terlihat seperti orang gila saat ini. Berlarian dengan baju sekolah yang sudah tidak lagi rapi, rambut yang tergerai menutupi sebagian wajahku, dan jangan lupakan cara berlariku yang seperti sedang di kejar anjing gila.

Iya, aku memang sudah gila. Dan semua itu hanya karena seorang Huang Renjun.

Sebuah rumah sederhana dengan  warna dinding putih pudar menyambutku. Sebuah rumah yang kelihatan sudah sangat berumur, tapi tetap asri karena banyak tanaman bunga yang menghiasi bagian taman depan rumah. Rumah itu adalah rumah seseorang yang menurunkan kemampuan ini padaku. Seseorang yang terlebih dulu mengerti segala tentang arwah dan dunia makhluk-makhluk dimensi pertama, kedua, dan ketiga sebelum aku.

Aku hanya memiliki sebagian kecil dari kemampuan itu. Dulu aku selalu menolak untuk tau lebih jauh --selalu menolak untuk terlibat lebih dalam. Tapi hari ini aku berubah pikiran. Aku sudah masuk terlalu dalam, akhirnya aku tersesat terlalu jauh dalam dunia itu. Jadi, kenapa tidak mempelajarinya seutuhnya saja sekarang?

Lagi pula aku sudah terlalu jauh, tidak ada jalan untuk kembali. Semua pintu sudah tertutup, waktu yang berlalu bukanlah apa yang dapat di putar kembali.

"Sayang"

"Halmoni"

Seorang wanita paruh baya baru saja membuka pintu gerbang dengan warna hijau lumut itu, kemudian sebuah senyum termanisnya menyambutku.

"Sudah sangat lama sejak terakhir kamu datang kesini sayang"

"Nenek tau apa yang membawaku kesini" aku menatap lekat netra hitam yang cahayanya tampak redup itu, kemudian dengan satu tarikan, tanganku menggenggam kedua telapak tangannya. "Nenek tau semuanya"

"Hei, kenapa sampai menangis?" Jari kurusnya menyentuh sudut mataku, kemudian mengusapnya lembut. "Kamu hanya perlu bicara, dan semuanya akan baik-baik saja."

Kata-kata itu, persis seperti yang Ten ucapkan tadi pagi padaku.

"Bejanji satu hal padaku. Jaebal"

Wanita paruh baya yang tidak lain adalah nenekku itu menampilkan seutas senyum yang terasa menenangkan, kemudian perlahan dia menggeleng "Kenapa harus membuat janji?"

I Can See You [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang