29. Mengingat

3.4K 452 122
                                    

Teruntuk kamu, seseorang yang akan memberi segalanya hanya untuk mengingat..

**

Rasanya seperti mimpi.. melihat dia terbaring di dalam sana dengan banyak alat bantu yang melekat di tubuhnya. Tanganku menyentuh pintu kaca transparan yang menjadi batas antara aku dengan Renjun, lalu semuanya perlahan memburam. Memburam oleh air mata yang mengalir tanpa permisi. Mencipta sesak yang membuat sulit bernapas.

Air mataku semakin mengalir tanpa bisa berhenti. Sesak itu semakin menjadi, membuat segalanya terasa ngilu. Aku menemukan dia. Aku akhirnya benar-benar menemukan Renjun. Lalu kenapa semuanya tidak berakhir membuatku lega seperti seharusnya?

"Aku tidak berbohong bukan?"

Aku tidak terkejut saat tiba-tiba suaranya bergema di dekatku. Sosoknya berada bersebelahan denganku. Dengan gaun hitam panjangnya yang menjulai hingga menyapu lantai, Lucy berdiri di sampingku, mata sayunya menatap lurus pada sosok yang sama denganku.

"Aku menepati janjiku Taera, dia masih hidup. Seperti yang kamu inginkan."

"Sekarang giliranmu"

Aku menoleh, membuat kedua mataku dan Lucy saling bertemu. Kedua matanya.. caranya tersenyum.. semuanya masih sama seperti terakhir aku bisa mengingatnya.

"Tepati janjimu rara.."

"Apa yang terjadi kalau aku gak menepati perjanjian sialan itu?" Aku bertanya dengan nada menantang, sementara Lucy hanya kembali tersenyum. Lalu tangan pucatnya terulur untuk menyentuh sisi wajahku, kemudian membelainya dengan hati-hati.

"Kamu pasti akan menepatinya."

"Karena kalau tidak—" Lucy diam-diam melirik pada arwah Renjun yang sekarang hanya bisa diam membeku dengan raut tidak percaya di dekat tubuhnya yang sedang terbaring lemah. "Akan aku pastikan dia tidak akan pernah bisa kembali."

"Ingat sammy-mu?"

"Dulu aku sudah memperingatimu. Tapi kamu mengabaikannya, lalu apa yang terjadi? Dia benar-benar pergi darimu Taera."

"Mungkin sebentar lagi mereka akan bernasib sama? Seperti satu tahun yang lalu, ketika mereka bertemu disini untuk di hadapkan pada keadaan serupa."

Kedua tanganku mengepal kuat hingga membuat kuku-kuku jariku menekan telapak tangan terlalu kuat, menciptakan perih disana. "Bukan kamu yang memutuskan hidup dan mati seseorang."

"Sang pencipta ada bukan hanya sebagai penonton bisu. Aku percaya tentang sesuatu yang kita sebut takdir. Hidup dan mati. Awal dan akhir. Segalanya hanya terjadi oleh kehendakNya. Itu semua di luar kuasamu."

"Rara, aku sebenarnya sedang tidak ingin tertawa"  Lucy terkikik di dekatku, tatapannya sulit di artikan. "Sang pencipta mungkin ada nyatanya. Namun, soal bagaimana aku dan kuasaku itu menjadi urusanku."

"Kamu tau siapa diriku." Lucy kembali menatap pada kaca di depannya. Kembali mengamati sosok Renjun yang masih saja menutup mata dengan berbagai alat yang menempel di tubuhnya. "Kamu tau alasanku disini. Kamu tau benar, aku tidak pernah tertarik pada bocah bernama Renjun itu."

"Tentu saja aku tau." Aku menjawab cepat, menyeringai kala mata kami kembali saling bertemu untuk beberapa saat. "Kamu disini untuk Yol."

I Can See You [Huang Renjun]Where stories live. Discover now