|| 09 || Sweet

35.4K 3.3K 81
                                    


Happy Reading, Moon.

•••

"Naresh, sayang? Kakak harus bagaimana? Tolong jangan mendiami Kakak seperti ini." Zavier tampak begitu memelas. Kedua tangannya mengguncang pelan kedua tangan Naresh yang duduk nyaman di pangkuan Xavier.

Para pria Ganendra itu kini sedang berkumpul di ruang keluarga. Beberapa hari lalu, Naresh begitu antusias belajar mengendarai motor bersama sang Kakak sulung. Dan selama itu pula eksistensi Asher dan Zavier total ia abaikan.

Asher dan Zavier mulai kesal. Tak tahan didiami Naresh sedemikian lama.

"Naresh, hm? Dengar Kakak?" Zavier mengecupi punggung tangan Naresh dengan lembut, sesekali mendusal pada tangan yang terasa begitu kecil di genggamannya itu.

Naresh tetap tak acuh, sibuk menonton TV yang menayangkan anime Naruto di depan sana.

Merasa diabaikan terus-menerus, mata Zavier mulai berkaca-kaca.

Perlu diingat, Zavier itu salah satu keturunan Ganendra yang memiliki sisi paling lembut dan hangat. Diabaikan sedemikian rupa oleh orang yang sangat ia sayangi tentu membuatnya merasa tak nyaman dan sedih.

"El..."

Naresh tersentak mendengar nada bergetar itu. Ia menoleh dan terkejut mendapati Zavier mendusal manja di tangannya dengan ekspresi memelas luar biasa. Matanya berkaca-kaca dan hidungnya kemerahan. Sejenak Naresh menahan napas, bagaimana bisa kakaknya itu terlihat begitu menggemaskan?!

Sementara Theo, Adelio, Glenn, Asher, dan Xavier mengulum senyum geli melihat itu. Tak ayal mereka juga merasa gemas pada Zavier, jarang anak 19 tahun itu bertingkah manja seperti ini. Sangat langka.

Asher tidak ikut membujuk sang adik bungsu, memberikan kesempatan pada Zavier terlebih dahulu. Kalau tidak, anak itu pasti akan semakin sedih. Asher tidak mau itu terjadi.

"El, katakan sesuatu. Jangan diam saja..."

Naresh mengulum senyum, terlintas di pikirannya untuk sedikit mengerjai Kakak keempatnya itu.

"Apa?" ketus Naresh.

Zavier merengut. "Kakak minta maaf, El..."

"Tidak mau!" Naresh memalingkan wajah, berpura-pura enggan menatap wajah Zavier, padahal dalam hati sudah menjerit gemas.

"El, kenapa terus marah? Pada akhirnya kamu diberi izin oleh ayah, 'kan?" Zavier merengek.

Oke, pertahanan Naresh runtuh. Memang salahnya juga sih, yang terlalu penakut dan tidak mau meminta izin pada Adelio dulu. Cukup keterlaluan jika ia sampai bertingkah seperti ini padahal kedua kakak nya tidak salah apa-apa.

Naresh merentangkan tangan, meminta pelukan pada kakak keempatnya itu, membuat empunya tersenyum manis.

Zavier dengan segera mengambil alih Naresh ke dalam gendongan koalanya. Memeluk erat dan menghirup rakus aroma amber yang menguar pekat dari tubuh adiknya itu.

" Miss you, " Bisik Zavier rendah di samping telinga Naresh.

Naresh mengangguk, memeluk erat leher Zavier. "Me too."

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang