|| 20 || Charming ML

26K 3.2K 166
                                    


Happy Reading, Moon.

•••

"Gasendra Danantya."

Naresh mengerjap. Dalam hati berteriak histeris,

ML anjir ML WOY! #*/%&#*/*#

Pantas saja daya tariknya luar biasa. Naresh selalu ingin melirik lelaki itu sejak tadi. Penampilannya mungkin biasa saja, tapi lihat wajah yang terpahat sempurna itu. Sepertinya Author ceritanya benar-benar menghayati ketika menulis perawakan tokoh satu ini.

Ganteng banget sial

Naresh rasanya mau menangis, terharu bisa melihat sosok paripurna secara nyata, di depan matanya, dan lagi sahabat dari para sepupunya pula. Ya Tuhan, selamatkan Naresh dari pesona itu.

"Kak..." Naresh bergumam. Membuat Zayn yang memangkunya merapatkan tubuh mereka, kepalanya mendekat, memasang telinga setajam mungkin agar bisa mendengar apa yang Naresh ucapkan.

"Hm?"

"Ganteng banget..."

Zayn nyaris terbahak mendengarnya. Sialan, adiknya terpesona rupanya. Sedikit timbul rasa cemburu, namun tak ayal ia juga pernah seperti itu ketika pertama kali bertemu dengan Sendra dulu.

Zayn berdehem. "Ekhm, El..."

Naresh berbalik, memeluk leher Zayn erat. "Temen kakak ganteng banget--" ucapnya dengan suara tertahan.

Zayn terkekeh. Ia beralih menatap Sendra yang sejak tadi menatap Naresh tanpa berkedip, sementara para sahabat dan saudaranya tampak kebingungan melihat si mungil tiba-tiba bertingkah aneh.

"El kenapa?" tanya Zeta khawatir. Takut si kecil kembali jatuh sakit.

Zayn menggeleng, ia tepuk pelan punggung remaja di pangkuannya. "El li---" belum selesai mengucap kalimat, ia dikejutkan dengan Naresh yang tiba-tiba berdiri.

"Naresh mau ke toilet!" ucap Naresh sedikit memekik kemudian langsung berlari pergi.

Zayn mengerjap terkejut. Gerakan itu terlalu tiba-tiba.

"El kenapa, Zayn?" tanya Zen kebingungan.

Zayn mengusap telinganya. Ia melirik pada Sendra yang menatapnya. "El, malu... Pada Sendra..."

"...."

"Hah?"





Naresh terengah. Ia berlari terlalu cepat, imbasnya detak jantungnya memompa lebih cepat, itu terasa agak sakit. Ia sudah sering merasakan ini, terutama ketika hendak tidur, entah karena apa.

Menghela napas, mencoba menenangkan jantungnya sendiri. Ia mendekat pada wastafel, membasuh wajahnya. Naresh berkaca, pipi merona nya semakin terlihat merona saja, telinganya juga memerah.

Ia bereaksi begini hanya karena melihat Sendra, terjerat pesona luar biasa itu. Ia jadi meragukan orientasi seksualnya sendiri.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraWhere stories live. Discover now