|| 33 || Flashback

16.5K 2.2K 127
                                    


Happy Reading, uy!
Tandai kalo ada Typoooo

•••

Ketika masih kecil, lebih tepatnya setelah sang Bunda meninggal dunia, El tidak mengerti kenapa keluarganya begitu membencinya. El tidak tahu alasan kenapa Ayah dan Kakaknya menatapnya dengan tajam dan dingin.

El selalu bertanya pada pengasuhnya, kenapa Ayah menatap El seperti itu. Dan pengasuhnya hanya menjawab, jika mereka hanya sedang kelelahan makanya bersikap berbeda.

El hanya mampu mengangguk mengerti, walau dalam hati merasa ada yang janggal. El hanya mampu diam, memperhatikan dari jauh ketika keluarganya berbincang hangat di ruang keluarga. Karena jika El mendekat, suasana menjadi dingin.

Hal itu terus El alami hingga usianya 8 tahun. Hingga suatu hari, Theo meminta seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di Mansion utama. Kedua pamannya datang ke rumah, dan para sepupunya juga ada. Banyak sekali.

Yang El ingat, ia sering bermain bersama para sepupunya ketika masih sangat kecil, saat Bunda masih ada. Itupun hanya El ingat samar-samar karena sudah sangat lama, dan para sepupunya jadi jarang main ke Mansion utama.

Lalu, saat acara keluarga itu mereka datang lagi untuk pertama kalinya. Berkumpul dengan lengkap, walau tidak ada sosok wanita sama sekali yang mendampingi.

Satu hal lagi yang aneh menurut El adalah, ketika para Kakak kandung nya asik sendiri dengan sang Ayah dan para pamannya, ada satu sepupunya yang malah mendekatinya yang saat itu melamun sendirian di gazebo taman.

El hanya ingat jika namanya adalah Seth. Kakak tertua yang selisih usianya berbeda 10 tahun dengannya.

"Hai!"

Saat itu, Seth menyapa dengan ceria. El dibuat heran olehnya kerena ekspresi, dan nada suara sang sepupu berbanding terbalik dengan auranya yang kurang mengenakkan.

El hanya mampu mengangguk sebagai tanggapan, dan membalas, "Hai..."

Seth, remaja 18 tahun itu tersenyum manis. El terpana sejenak karena itu terlihat sangat menyilaukan di matanya.

Seth mendudukkan diri di samping El. Ia menopang dagu dengan kedua tangan. "Nana kenapa sendirian di sini?" tanya Seth.

El mengernyit heran. "Na...na?" beonya bingung.

Seth mengangguk lucu. Jari telunjuknya menunjuk dada El. "Nana itu, kamu," ucapnya dengan kedipan menggoda.

El mengerjap, pipinya sedikit merona mendapat panggilan manis itu. "Kenapa tidak El saja, Kak?" tanyanya.

Seth menyentuh dagunya, membuat ekspresi berpikir. Kemudian melirik El dengan tatapan jenaka dan berujar, "Karena aku ingin memanggilmu dengan panggilan yang berbeda! Nana itu menggemaskan, cocok untuk wajahmu!"

El menunduk dan meremas jemarinya sendiri, mengulum senyum. Ia melirik Seth. "Kenapa tidak bergabung dengan yang lain?" tanyanya.

Untuk sejenak El melihat perubahan ekspresi Seth yang tampak tak suka, namun lelaki itu kembali tersenyum. "Nana sendiri?"

El bungkam. Ia kembali menunduk dalam. "Kalau El ke sana, nanti mereka tidak suka," cicitnya.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraWhere stories live. Discover now