|| 17 || Call me Daddy

30.4K 3.1K 66
                                    


Makan malam berlangsung khidmat. Semua anggota keluarga lengkap mengisi kursi meja makan.

Si bungsu makan dengan lahap seperti biasanya, sayuran.

"Sudah kenyang?" tanya Glenn. Pemuda itu mengusap sudut bibir adiknya.

Naresh mengangguk. "Udah~"

Zen menggerakkan tangan, menyuruh maid mendekat.

"Ya, tuan muda?"

"Buatkan susu untuk El, dan ambilkan vitamin juga obatnya."

Maid itu membungkuk sopan. "Baik, tuan muda." ucapnya kemudian pamit pergi.

"Ky."

"Ya?" Zavier menoleh mendengar panggilan sang kakak sulung.

"Langsung ke kamarmu, istirahat. Tidak ada belajar dulu, langsung tidur," peringat Glenn.

Zavier mengangguk menurut. "Baik."

Zavier berdiri setelah menghabiskan segelas iar putih. Pemuda itu mendekati Naresh yang memperhatikan pergerakannya.

"El ..." Zavier menunduk, menyamakan tinggi dengan Naresh yang duduk. Dua kecupan ia bubuhkan di pipi dan sisi kepala sang adik. "Kakak akan pergi ke kamar duluan, ya?" pamitnya.

Naresh mengangguk, tangannya bergerak mengusap pelan pipi Zavier. Remaja itu mendekatkan wajah, berinisiatif memberi kecupan juga untuk kakak manisnya.


"Istirahat yang banyak, tidur yang nyenyak! Jangan sakit kayak Naresh."

Zavier mengerjap. Ia terkekeh geli, tidak menyangka akan mendapat kecupan dari adiknya. "Iya."

Zavier pergi pamit menuju kamarnya kepada yang lain.

Zeta mengerutkan alis. "Kak Zavi kenapa?"

"Sepertinya anak itu terlalu memforsir tubuhnya. Ia tampak sangat kelelahan belakangan ini," jelas Glenn.

Xavier menghela napas mendengarnya. "Anak itu sangat sulit diberitahu, padahal aku sudah berkali-kali menyuruhnya berlibur sebentar untuk sekedar refreshing."

"Tak apa, itu keinginannya. Jika kita paksa Ky untuk menurut, dia malah akan tertekan," timpal Asher.

Zayn mengangguk menyetujui. "Dulu juga pernah begitu kan? Ayah melarang Kak Zavi keluar mansion beberapa waktu, akhirnya kak Zavi malah stres dan banyak pikiran."

Adelio meringis mengingat itu. Rasa bersalahnya masih ada sampai sekarang, padahal itu kejadian 10 tahun lalu, saat usia Zavier 9 tahun.

Theo yang sejak tadi hanya mendengarkan terkekeh. "Zavier itu tidak bisa diam dan selalu ingin mengerjakan sesuatu, wajar jika ia merasa stres hanya berdiam diri di mansion," ucapnya. "Ia anak yang selalu ingin mempelajari dan mencoba banyak hal."

Mereka mengangguk membenarkan.

Narezh hanya menyimak, ia baru tahu ada cerita seperti itu tentang kakak manisnya.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraWhere stories live. Discover now