|| 10 || School and Bully

33.1K 3.3K 50
                                    


Happy Reading, Moon.

•••

Pagi ini, Naresh terlihat begitu bersemangat. Tentu saja, ini hari pertamanya kembali bersekolah. Oh, ingatkan dirinya untuk tidak lepas kendali nanti.

Adelio yang sejak tadi memperhatikan ekspresi cerah sang putra tersenyum gemas. Sialan, Naresh terlihat menggemaskan dengan setelan seragam SMA kebesaran yang membuatnya terlihat semakin chibi itu.

Asher yang duduk di samping Naresh semakin mendekatkan diri. Pria bongsor itu membubuhkan sebuah kecupan lembut di pipi sang adik. Ia sudah membersihkan janggutnya ngomong-ngomong.

Cup

"Kamu terlihat sangat senang." ujar Asher seraya mengelus pelan tengkuk Naresh.

Naresh mengangguk semangat. "Sekolah!" pekiknya girang.

Para pria Ganendra tersenyum hangat. Senang melihat bungsu Adelio itu bahagia karena hal sederhana. Mereka tidak tahu saja, apa yang sedang otak mungil Naresh pikirkan.

"Balas dendam gue akan segera terealisasikan. Tunggu aja..."

•••

"Akan Kakak antar. Kamu tidak ingat letak kelas mu, 'kan?"

Naresh menggeleng. "Nggak usah, Kak. Naresh inget, kok." tolak nya halus. "Lagian, untuk alasan kenapa lebih dari satu bulan ini Naresh nggak masuk, udah ayah urus, 'kan?"

Glenn mengangguk. "Iya, lagi pula sekolah ini milik Daddy kita sekarang."

Setelah kasus terakhir kali yang Naresh alami hingga mengalami amnesia, Theo bergerak cepat dengan mentitah salah satu putranya untuk 'mengambil alih' kepemilikan SMA Prawara.

"Oalah, jalur orang dalam ternyata." batin Naresh. Tak heran, kekayaan Ganendra itu luar biasa sekali. Mau membeli atau melakukan sesuatu pun, dengan satu jentikan jari saja pasti akan langsung terealisasikan.

"Baiklah kalau kamu mau sendiri." Glenn menunduk, memperhatikan jam tangannya. "Kakak ada meeting pagi ini, dan harus segera berangkat. Maaf tidak bisa menemani mu lebih lama, ya?" ucap Glenn penuh sesal.

Naresh mengangguk dengan manis. Remaja itu mendekatkan diri pada sang Kakak dan memberinya sebuah pelukan hangat sebagai salam perpisahan, yang mana dibalas dengan dua kecupan pada pipi dan puncak hidungnya oleh Glenn.

"Semangat bekerja, Kak!" seru Naresh setelah keluar dari mobil. Tangannya melambai heboh.

Glenn terkekeh geli. "kakak pamit. Oh ya, ada banyak sepupu mu di sekolah ini. Mereka melakukan pindahan dua minggu lalu."

Naresh mengernyit bingung, namun kepalanya mengangguk seakan mengerti. Setelah itu, mobil Glenn melaju meninggalkan pekarangan SMA Prawara.

Naresh berbalik, mendongak menatap gerbang tinggi SMA Prawara. Suasana sudah sepi, tidak ada siswa siswi yang berkeliaran karena memang sudah jam masuk kelas. Naresh berangkat cukup terlambat, sengaja.

Puas memperhatikan sekitar, Naresh mulai melangkah menyusuri area sekolahnya itu. Melewati lorong kelas dengan langkah kecil dan senandung lirik lagu yang sesekali terdengar lirih.

Perlu diketahui, di dalam novel Lumiere, Naresh El Ganendra tidak memberi tahu identitas aslinya di sekolah. Entah karena apa Naresh Al tidak tahu, yang pasti, jika saja Naresh El memberi tahu identitas aslinya sebagai keturunan Ganendra, tidak akan ada orang yang berani mengganggu atau menyentuh remaja itu barang sehelai rambut saja.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang