|| 14 || Parental debate

30.4K 3.5K 82
                                    


"Adair masih di Belanda?" Theo bertanya setelah menyeruput teh hitam miliknya.


Zayn dan Zeta mengangguk.

"Papa masih melakukan perjalanan bisnis di sana. Papa bilang, akan pulang ke Indonesia besok," jawab Zeta.

Theo menghela napas. "Lihat adikmu itu, Adelio. Dia pasti mencontoh dirimu dulu. Sibuk bekerja, dan meninggalkan anak-anak."

Adelio yang dituduh mendelik. "Papa jangan sembarangan menuduh! Papa juga dulu selalu sibuk bekerja meninggalkan kami bertiga," sinisnya.

"Justru itu, Adair lebih dekat denganmu, jadi dia pasti mencontoh dirimu," sanggah Theo.

"Dan aku mencontoh papa, jadi sama saja dari papa juga!" sungut Adelio.

Para anak-anak Ganendra itu memutar bola mata mereka, menonton ayah anak yang saling berdebat menyalahkan dan tidak mau kalah.

"Ngomong-ngomong, di mana Zen?"

Di tengah keributan Theo dan Adelio yang berdebat, Zavier bertanya.

"Ada urusan dengan Sendra." Zeta menjawab.

Zavier mengangguk mengerti.

Xavier yang duduk di samping Zavier mengernyit. "Sendra?" beonya.

"Anak dari Danantya, Kak. Rekan bisnis ayah, papa, dan daddy. "

Xavier manggut-manggut. "Oh, bocah pendiam dan dingin itu?"

Dia tidak sadar diri.

Zayn dan Zeta mengangguk.

Asher hanya diam, memperhatikan. Pemuda itu sedang menunggu kedatangan Glenn dan adik bungsu mereka.

Tap tap tap

Suara langkah kaki itu membuat mereka semua menoleh. Terlihat Glenn yang berjalan mendekat dengan Naresh yang berada dalam gendongannya.

Xavier tersenyum. Pemuda itu mengambil alih Naresh dari gendongan Glenn ketika sang adik merentangkan tangan ke arahnya.

Sementara Glenn menatap datar, sebal sang adik bungsu diambil darinya.

"Lama tidak berjumpa," sapa Zavier setelah mendaratkan satu kecupan ringan di kening si bungsu.

Naresh mengernyit. "Kita ketemu tadi pagi, pisah juga nggak sampai 12 jam loh, Kak!"

Xavier terkekeh. Pemuda itu mengecup pelan punggung tangan Naresh yang menusuk-nusuk rahangnya yang sudah bersih tanpa bulu.

Naresh mendekat, mengendus leher Xavier yang terbuka. "Wangi, bau acem dikit. Kakak belum mandi ya?!" tudingnya.

Wangi badan Xavier terasa berbeda. Wangi mint dan musk yang bercampur bau keringat. Sangat jantan, tapi Naresh tidak suka!

Ibarat alpha yang mencium aroma feromon alpha lainnya, itu membuat tidak nyaman.

Xavier tersenyum geli. "Tapi jantan, bukan?" tanyanya menggoda. Pemuda itu menaik turunkan alis tebalnya.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraWhere stories live. Discover now