|| 45 || Investigation

3.2K 372 44
                                    


"Akan selalu ada hal yang berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita." Illias mengusap tengkuknya yang terasa dingin. "Kita tidak bisa mengubah atau mengatur sesuatu yang memang sudah ditakdirkan untuk terjadi. Tidak ada siapapun di sini yang menginginkan keadaan seperti ini, jadi jangan terus menyalahkan diri, ini bukan salah kalian," lanjutnya tenang seraya kembali fokus pada komputernya, melacak keberadaan Lahar dan berkomunikasi dengan para Ganendra.

Zeta dan Zen memejamkan mata. Helaan napas berat terdengar dari Zayn yang memijit pelipisnya.

"Kita pasti akan menemukannya," timpal Sendra. "Lahar bukan tipe orang yang sepandai itu menyembunyikan sesuatu. Dia bahkan dengan cerobohnya mengirim mata-mata yang jelas tidak bisa tutup mulut."

"Itu benar. Dengan keadaannya yang seperti itu, Lahar tidak akan bisa melarikan diri terlalu jauh." Lakshan yang telah selesai menelepon menghampiri Sendra dan duduk di samping pemuda itu.

"Kita serahkan dan percayakan segalanya pada mereka. Berdoalah agar El baik-baik saja, oke?" Hayes mengulas senyum tipis dan menepuk masing-masing pundak triple Z, menyalurkan semangat.

Zayn, Zen, dan Zeta mengangguk lemah. Meski masih terselip rasa sesal karena merasa tidak bisa membantu mencari Naresh sama sekali, hati mereka cukup tenang sekarang. Benar, mereka hanya harus percaya dan menyerahkan segalanya kepada para ganendra, anggota ignatius, dan polisi yang kini tengah mencari keberadaan Lahar dan Naresh.

═════

Asher, Glenn, Seth, Ace, Xavier, Avi dan Zavier menatap rumah kayu kumuh di hadapan mereka dengan gamang.

Mereka bertujuh mendapat bagian menyelidiki rumah kumuh tua yang terdapat di kampung terpencil tak jauh dari kota. Sedangkan Adelio, Adagio dan Adair beserta para anggota Ignatius menyelidiki rumah Lahar. Para polisi juga ikut melakukan penyelidikan di tempat-tempat yang menjadi dugaan Lahar sempat tempati ketika kabur.

"Orang itu... Membawa adik kita ke tempat seperti ini?" Seth mendesah tak habis pikir. Perasaannya tak karuan membayangkan adik kesayangannya yang sakit parah berada di dalam bangunan kuyu tak terawat itu. Lembab, pengap, gelap, bau. Naresh pasti kesakitan.

Asher menarik napas. "Ayo." ia berjalan memimpin mendekati rumah kumuh itu.

"Perlahan, dan hati-hati. Jangan gegabah, mengerti?" Asher memberi instruksi pada saudara-saudaranya untuk mulai bergerak, menelusuri rumah kayu kumuh itu dengan waspada dan teliti.

Krieet

Zavier menekan gagang pintu, mencoba membukanya sepelan mungkin.

"Ah... Terbuka."

Satu-persatu Ganendra bersaudara memasuki rumah itu. Bau khas kayu tua dan lumut yang berpadu dengan bau pesing kotoran hewan menyambut indra penciuman mereka.

Zavier mengusap hidungnya, ia sesekali bersin. Pandangannya meliar, mengamati sudut-sudut ruangan. Tidak ada yang mencurigakan dalam ruangan itu, hanya terdapat beberapa perabotan tua yang hampir hancur, dengan banyak serangga yang menghuni nya.

"Kamu menemukan sesuatu?" tanya Seth pada Glenn yang baru saja keluar dari sebuah ruangan.

Glenn menggeleng. "Tidak. Ruangan itu kosong. Dua ruangan lainnya juga kosong. Dan atap kamar mandinya sudah roboh."

GREK

Mereka tersentak dan refleks memasang kuda-kuda.

Avi menatap para saudaranya itu tanpa ekspresi. "Tenanglah, ini hanya suara laci kayu yang dibuka terlalu kencang," katanya seraya menunjuk laci yang dibukanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraWhere stories live. Discover now