|| 24 || Again

20.3K 2.3K 64
                                    


Happy Reading, Moon.

•••

"Belajar dengan baik," pesan Zen pada bungsu Genendra itu.

Naresh hanya mengangguk. Ia tidak berjanji akan belajar dengan baik, tapi iya kan saja dulu apa kata yang lebih tua.

"Kami akan menjemputmu saat istirahat nanti. Ingat, jika ingin pergi duluan, kabari. Gunakan ponselmu sesekali, El," ucap Zeta.

Naresh kembali mengangguk. "Iya-iya. Sudah, 'kan? Bel masuk nya bentar lagi bunyi, tuh!" rengutnya.

Triple Z itu terkekeh.

"Baiklah, kami pergi," pamit Zayn seraya menepuk puncak kepala Naresh.

Melihat ketiganya sudah menghilang dari pandangan. Naresh segera memasuki kelasnya, dengan langkah dibuat malas seperti biasa. Menghiraukan banyak tatapan yang belakangan ini selalu menyorot penuh penasaran padanya.

Keningnya mengernyit, mendapati di mejanya terdapat banyak coretan kata-kata kotor, dan beberapa sampah basah, bau.

Naresh menoleh, mendengar suara kekehan mengejek dari seorang yang menjadi target balas dendam nya semenjak menginjakkan kaki kembali di sekolah ini, Avel Marion.

Avel mendekat, diikuti dua lelaki lain yang mengekor di belakangnya. Lelaki itu menepuk keras pundak Naresh yang masih terdiam dengan kening mengernyit.

Wajahnya mendekat, berbisik kemudian. "Udah gue bilang, jangan berani lawan gue."

Naresh menepis kasar tangan Avel dan mundur menjauh, merasa merinding dibisiki seperti itu. Perlu diingat kalau area leher dan telinga Naresh itu sensitif dan ia tipe mudah merasa geli.

Naresh mengusap tengkuk dan telinganya dengan ekspresi merengut. "Jangan bisik-bisik, sialan!" sungut nya tak suka.

Avel mengangkat alis. Oh?

"Ck! Ngapain liat-liat lo?!" Naresh melotot, menatap Avel tajam.

Avel terkekeh, ia melirik sekilas meja Naresh, membuat Naresh ikut menatap meja nya yang sudah seperti tempat sampah itu.

"Jadi, ini ulah lo?" tanya Naresh.

Avel memasukkan tangan pada saku celana, lantas mengangguk. "Ya. Anggap balasan gue karena lo kurang ajar kemarin," ucapnya santai.

Naresh mendengus. "Balesan lo sampah, tau nggak? Pasaran, norak, nggak kreatif sama sekali. Kenapa nggak sekalian lo siram pake air selokan, Avel Marion?" ucapnya pedas.

Avel melotot tak percaya. "Heh! Lo hina gue lagi barusan?! Mau balesan yang lebih parah, ya?!"

Naresh merengut, kakinya ia hentakkan. Tak sadar menunjukkan perangai manis nya ketika merajuk. "Balesan lo bikin mual! Masalahnya bukan cuma gue yang keganggu sama baunya, yang lain juga!" sungut nya sebal. Pandangannya mengedar, menatap para teman sekelasnya yang sebagian menutup hidung dan menatap jijik pada bangkunya.

"Biarin, sih. Lagian mereka udah pada biasa," ucap salah satu antek Avel yang sebelumnya mengekori lelaki itu.

Naresh mendelik. "Biasa bapak lo botak!" pekiknya. "Lihat noh--" telunjuknya terangkat, menunjuk beruntun para teman sekelasnya. "Lihat ekspresi terganggu mereka! Lo kali yang terbiasa, wong tiap hari ngekorin sampah!" hina nya kemudian.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraWhere stories live. Discover now