|| 30 || Torment Time

16.4K 2.2K 115
                                    


Happy Reading, Oit!
Tandai kalo ada typo ygy

WARNING!
TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN
SKIP KLO GAKUAT!

••

Adair menyuruh Sendra, Lahar, Illias, Hayes, dan Lakhsan untuk pulang dari rumah sakit.

Adair juga saat ini tengah berada di kantin bersama ketiga putranya. Setelah tadi menemani Zen untuk membersihkan diri dan berganti baju.

Dan kini hanya ada Theo, Adelio, dan keempat putranya di luar ruang rawat Naresh, karena anak itu belum diperbolehkan untuk dijenguk dan masih dalam proses pemulihan dari masa kritisnya.

Adagio pergi entah ke mana, pria itu pamit pergi sebelumnya. Sudah beberapa jam berlalu, kini sudah menjelang malam hari. Dan mereka yang di sana sedang berdebat sekarang.

"Ayah, tolong jelaskan," desak Glenn. Ia masih terkejut dengan pernyataan tentang si bungsu yang memiliki riwayat jantung.

Adelio menghela napas. Memilih menyerah dan memberi tahu yang sebenarnya. "El menuruni penyakit jantung bunda kalian," ucapnya.

"Sejak kapan, Ayah?" tanya Asher.

"Sejak terakhir kali El sakit."

"Sudah selama itu?!" Xavier menatap tak percaya sang ayah. "Kenapa ayah menyembunyikannya?!" tanyanya marah.

"Karena kalian pasti akan benar-benar membatasinya dalam melakukan segala hal," ucap Adelio, "Kalian pasti akan merampas kebebasannya lebih dari ini."

"Dengan menyembunyikan ini, Lio? Kita tidak sembarangan mengekangnya selama ini. Kamu yang paling tahu jika itu demi kebaikan El sendiri." Theo memijit pelipisnya, pusing.

"Kita hanya membatasi beberapa hal, dan itu bahkan belum bisa dikatakan mengekang, Ayah!" ucap Glenn geram. Ia benar-benar tidak menyangka sang ayah akan dengan teganya menyembunyikan masalah serius seperti ini.

Adelio menghela napasnya untuk kesekian kali. "Terserah apa kata kalian. Lagi pula, El sendiri yang memintanya."

Mereka mengernyit.

Saat malam setelah Naresh pulang dari pemeriksaan.

Chapter || 18 ||

"Ayah Ayah!"

"Hm?"

Adelio menoleh, bungsunya itu suka sekali memanggilnya dua kali atau lebih panjang dan mendayu belakangan ini, Naresh juga jadi lebih sering merengek dan manja. Tak masalah, Adelio sangat menyukainya. Bungsunya menggemaskan ketika manja.

Adelio berada di kamar Naresh saat ini, menemani si bungsu tidur.

"Besok, Naresh sudah boleh sekolah?" tanya Naresh dengan mata berbinar penuh harap.

Adelio tersenyum tipis, tangan besarnya bergerak membawa sang putra untuk dipeluk. Kening sempit itu ia kecup beberapa kali.

"Tidak ingin hari senin saja?"

Naresh menggeleng dalam dekapan sang ayah. "Mau sekolah besok!" ucapnya.

"Kenapa?"

"Ya mau aja, Ayaaaaah~"

"Benar-benar tidak mau sekalian hari senin saja? Terlalu tanggung jika hari jumat, kamu hanya sekolah sehari."

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora