|| 37 || Deep Talk

15.5K 1.6K 41
                                    


Happy Reading
Tandai kalo ada typoo

•••

"Cukup, Ace." suara bariton pria memotong pembicaraan, membuat Seth dan Ace menoleh. Mendapati sosok Adagio berdiri dengan aura mengintimidasi, keduanya segera berdiri.

"Daddy ...."

Adagio memijit pelipisnya. "Hal tidak bermutu macam apa yang sedang kalian bicarakan? Tidak bisakah kalian tenang sedikit? Kondisi adik kalian sedang tidak baik," ucapnya geram. Alis tebal itu mengerut menciptakan kesan menyeramkan.

Seth menunduk dalam. Suasana hati pria itu semakin kacau dan tidak terkendali. Perasaan bersalahnya semakin besar dan membebani karena ucapan Ace yang menusuk tepat pada hati terdalamnya. Tempat di mana sisa perasaan besarnya yang tidak seharusnya ada untuk adiknya sendiri tersimpan apik dan tidak mampu sepenuhnya ia hilangkan.

Sedangkan Ace tampak tak acuh dan hanya diam tanpa menjawab. Putra kedua Adagio ini memang sedikit pembangkang dan arogan. Tipe pria yang tidak suka dibantah dan tidak takut bahkan pada orang yang seharusnya ia hormati sebagai orang tua.

"Dad ...." seorang pria berjalan mendekat. Rupanya mirip Adagio dengan pahatan wajah lebih lembut dan sedikit manis.

Adagio menoleh. Menghela napas sejenak sebelum akhirnya mengulas senyum tipis. "Avi... Sudah selesai, Nak? Apa kamu bertemu dengan Ky?"

Avi mengangguk. "Adik bilang si bungsu sendirian di kamar. Dia memintaku untuk menemaninya." manik madu itu melirik sekilas kedua kakaknya.

Adagio mengangguk mengerti. "Masuklah." tanpa banyak kata Avi masuk ke dalam ruangan Naresh. Tak acuh dengan keberadaan Ace dan Seth.

Adagio kembali menatap kedua anak tertuanya. "Kalian pulanglah." Seth dan Ace menatap sang Daddy dengan sorot protes. Adagio mengangkat tangannya seraya berdesis tak suka. "Diam, jangan membantah. Ada hal yang perlu kalian lakukan."

Adagio mendekati kedua putranya seraya menyodorkan sebuah polaroid. Ace segera menerimanya dan mengamati gambar yang terdapat di sana. "Selidiki pria itu. Belakangan ini dia berkeliaran di daerah rumah sakit, dan pergerakannya mencurigakan."

•••••

Sementara itu di dalam kamar.

Naresh menatap dalam sosok Avi yang hanya diam saja dengan ponsel di tangan sejak memasuki kamar beberapa saat lalu. El yang berbaring nyaman di pangkuan Naresh juga ikut memperhatikan dengan seksama.

"Al, dia sepupu kita. Avi Zy Ganendra ...." El mendongak menatap Naresh yang tak melepaskan tatapannya dari Avi. El tertawa kecil melihatnya. "Wajahnya mirip Daddy namun lebih lembut, right?" Naresh tak berpaling, namun genggaman tangannya pada tangan kecil El mengerat. El kembali tertawa seraya lebih menyamankan diri di pangkuan Naresh dan memeluk pinggang ramping itu dengan erat.

"Apa wajahku begitu menarik di matamu?" tanya Avi. Pria itu menyimpan ponselnya dan beralih menatap si bungsu.

Naresh mengerjap polos. Sadar dengan kelakuannya sendiri, Naresh hanya mampu menampakkan cengiran malu. "Maaf, hehe ...."

Avi bertopang dagu. Manik madu nya mengamati wajah sang adik yang dihiasi nasal cannula. "Apa itu sakit?"

Naresh memiringkan kepala. "Hm?" Avi menunjuk hidungnya. "Ah," Naresh tersenyum tipis, "Nggak, kok. Ini bantu Naresh buat napas dengan baik, jadi ga sesak ...." tangannya mengusap dada. El mengeratkan pelukan dan genggamannya, lalu membenamkan wajah di perut Naresh. Roh kecil itu merasa bersalah, karena membuat Naresh merasakan sakit.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraWhere stories live. Discover now