5. nyamperin janu

75 12 1
                                    

"Hati-hati di jalan ya.."

Husein berdiri di teras rumahnya sambil menatap ke arah teman-teman yang kini sedang sibuk mengeluarkan motor dari halaman rumahnya. Mami Husein yang tadi dipamiti muncul dari dalam rumah dan berdiri di samping anak laki-lakinya itu.

Yesi tampak mendekat ke Reno dan membisikkan sesuatu.

"Oke, Ren?"

"Okur.." jawab Reno seraya mengambil helm dari spion dan bersiap memakainya.

"Pulang ya Sein, Tante.." pamit Yesi mewakili teman-teman.

"Ati-ati ya.." kata Husein yang mengantar mereka sampai di depan pintu.

Brum.. brum..
Mereka kemudian pergi.

Riri pergi ke arah barat, Ceri ke selatan, sedangkan Yesi ke timur mengikuti Reno.

Beberapa blok kemudian, Reno menghentikan motornya di depan sebuah rumah bercat orange diikuti Yesi di belakangnya.

Reno turun dari motor dan berjalan masuk ke teras rumah tersebut.

Tok.. tok.. tok..

"BUDE..?!"

Tok.. tok.. tok..

"JANUU..?!"

Ceklek!

Pintu dibuka dan menampakkan seorang wanita paruh baya berdaster batik dan berambut panjang. Tubuhnya tinggi dan kulitnya putih.

"Woalah Reno to?"

"BUDE SARI!" sapa Yesi.

Pandangan wanita berdaster itu kemudian beralih dari Reno ke gadis di belakangnya. Matanya memicing dan berusaha mengenali siapa gadis yang memanggil namanya barusan.

"Kulo Yesi, Bude. Yesi Kaliurang!"

"Weh, Yesi to?! Ya ampuuun, wes gede e. Kok iso bareng Reno?"
(Yesi?! Udah gede e. Kok bisa barengan?)

"Yesi rencang kulo sekolah Bude. Niki wau bar ngerjakke tugas teng blok A riku.."
(Yesi temen sekolahku Bude, tadi habis ngerjain tugas di Blok A situ)

Bude Sari ber-oh panjang.

"Yowes.. yowes.. rene mlebu sik Ren, Yes.. Iki wes do madhang urung? (Yaudah sini masuk dulu Ren, Yes.. Ini udah pada makan belum?)"

"Sampun niki wau bude. Januar onten, Bude? (Udah tadi. Januar ada, Bude?)"

Yesi dan Reno mencopot sepatunya, kemudian masuk ke dalam rumah.

"Ono kae neng njero. Sek tak celuk e. JAAAN...?! (Ada itu di dalem, bentar tak panggilin. JAAAN...?!)"

Dari ruang tamu, Reno dan Yesi mendengar teriakan Bude Sari.

Ceklek!

"JAAAN...!" panggil Bude Sari lagi. "Wo puancen. Cah kok mung glundang-glundung koyo semongko."
(Bocah kok cuma menggelinding seperti semangka a.k.a rebahan mulu)

"Ngopo to Ma bengok-bengok?" protes Januar sambil ngulet.
(Apa sih ma teriak-teriak?)

Bude Sari kemudian mengomeli anak bujangnya itu. Di ruang tamu, Yesi cekikikan gemas mendengar Januar dimarahi ibunya.

"Ih, kae.. ono Reno karo Yesi neng ngarep!"
(Itu ada Reno sama Yesi di depan!)

"Huh?"

Januar bangkit dari tempat tidur dengan malas, dia lalu pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah mengeringkan wajahnya, dia kemudian menemui Reno dan Yesi di depan.

"Tangi turu po, Jan?" tanya Yesi sambil cekikikan. (Bangun tidur, Jan?).

Januar hanya tersenyum dengan dipaksakan.

"Bar seko ndi e? (Habis darimana?)"

"Nugas, neng blok A, sisan wae mampir. (Di blok A, sekalian aja mampir)" balas Reno.

"Oh."

"Mengko kerjo, Jan?" tanya Reno.

"Heem."

"Januar kerja?" tanya Yesi penasaran.

"Yoai, Januar part-time neng kedai kopi." ujar Reno.

"Kedai kopi mana?"

"Ja-----"

"REN..!" Januar langsung memotong ucapan sepupunya itu. Reno terdiam seketika dan tidak meneruskan ucapannya. Jangan sampai Yesi tahu.

"Ja.. opo?"

Dua cowok itu mengacuhkan Yesi.

"JA.. OPO E?!"

Yesi cemberut.

JogjalovartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang