14. janu ternyata ..

64 9 1
                                    

Pakde Joko pemilik Padepokan Sekar Tanjung a.k.a bapaknya Mbak Shara menyuruh Yesi datang karena ada yang mau dibicarakan.

Ternyata lelaki paruh baya berambut gondrong khas seniman itu menawarinya untuk mulai berlatih menjadi peran Dewi Shinta di Sendratari Ramayana yang berlangsung di Candi Prambanan.

Mbak Shara sebentar lagi mau lulus kuliah, jadi akan berhenti untuk mengisi peran Dewi Shinta. Katanya dia ingin jadi fokus jadi guru tari saja dan mengajar di sekolah formal, sekalian mengejar PNS.

Lagipula, memang tetap harus ada yang meneruskan. Tidak selamanya peran Dewi Shinta hanya diperankan oleh Shara saja. Harus ada orang yang lebih muda yang meneruskan peran tersebut.

Yesi ragu, meski sebenarnya dia antusias.

Apa kemampuan menarinya sudah sebagus itu makanya ia diminta mengisi peran Dewi Shinta? Ini kan peran utama.

"Piye, Yes?"
(Gimana, Yes?)

Yesi menggaruk leher belakangnya, "Pripun nggih, hehe."
(Gimana ya, hehe)

Lelaki itu menepukkan putung rokoknya ke atas asbak dan membuat serbuk abunya berguguran.

"Wes, cobo sek wae."
(Udah, coba dulu aja)

*****

"Gakpapa, Yes. Bisa wes."
(Gakpapa, Yes. Pasti bisa)

Yesi masih berada di sanggar karena baru saja selesai melatih anak-anak kecil menari dalam rangka persiapan tampil di acara kabupaten. Memang sanggar mereka banyak tawaran untuk mengisi acara-acara kantor pemerintah/swasta setempat.

Pukul 5 sore, sesi latihan berakhir seperti biasanya. Anak-anak salim ke Yesi sebelum pamit pulang.

Sementara itu, Yesi membereskan peralatan yang digunakan untuk mereka latihan tadi seperti speaker dan laptop.

Ia memasukkan barang-barang itu ke dalam rumah Mbak Shara, yang letaknya di sebelah pendopo yang digunakan untuk latihan menari.

"Yes, taruh atas meja situ aja laptopnya. Soalnya lemarinya mau dikeluarin."

"Oke, Mbak."

Yesi melakukan yang Mbak Shara perintahkan. Kemudian dia memakai jaket dan bersiap pulang.

"Yowes aku pamit yo, Mbak."

"Eh, Yes! Bentar." Shara masuk ke dapur dan keluar membawa kresek.

"Opo ki?"

"Lapis legit. Nggo ibuk."

"Hehe, tengkyu Mbak! Yowes tak bali yak!"
(Hehe, thanks Mba! Yaudah, tak pulang ya!)

Yesi keluar dari rumah Shara dan ia mematung begitu melihat sosok familiar di depannya. Ia mengucek mata untuk memastikan dirinya tidak berhalusinasi.

"Janu?!"

"Kamu ngapain di sini?" Yesi terkejut.

Janu melepas helm-nya dan mendekat, kemudian melewati Yesi begitu saja sambil berkata, "Ngapelin cewekku lah."

Yesi balik badan, Mbak Shara sudah berdiri di pintu dan tersenyum ke arah Janu. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam. Sementara Yesi masih bengong di tempat. Mencerna ini semua.

JogjalovartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang