38. lelaki matang

75 13 1
                                    

Yesi itu segala hal dibuat status, sampai garis bagian atas storinya menjadi titik-titik, saking banyaknya.

Ketika Januar membuka status Yesi siang itu, isinya momen wisuda Mbak Shara.

Kemarin, Januar sebenarnya juga diundang, melalui DM Instagram. Tapi Januar sengaja tidak datang. Toh, pada akhirnya ada lelaki lain yang datang ke wisuda wanita itu. Yang saat ini muncul di salah satu stori video Yesi.

Lelaki itu mukanya tak asing. Ternyata karena fotonya ada di baliho besar dekat pintu masuk Kaliurang. Di situ ia berpose mengepalkan tangan ke atas dan menampakkan senyum ala iklan pasta gigi. Kemudian di sebelahnya ada tulisan untuk menyuruh mencoblos nomor sekian.

Januar lanjut menggeser-geser stori Yesi sampai habis. Kemudian ia ingat kalau hari ini pesan tahu walik. Katanya hari ini jadi, makanya ia mau menagih. Januar kemudian mengetik balasan pada salah satu stori Yesi yang menampilkan video wisuda tadi.

Januar:
(Reply status)
Jam piro tahu ne
(Jam berapa tahunya)

Tak berselang lama, Yesi langsung membalas. Tapi balasannya membuat Januar kecewa.

Yesi:
Jan gak jadi aja ya?

Januar:
Pie to
(Gimana sih)

Yesi:
Aku capek e
Kapan2 aja tahunya
Kayak e aku ntar mau sakit
Btw kamu ga ke wisudanya mba shara?

Januar:
Loro kok direncanakke
(Sakit kok direncanain)

Yesi:
Lha dah kerasa🤣
Kamu bikin sendiri aja kalo pengen
Ni lho resepnya
*Link youtube*

Januar:
Bakulan kok malah ngandani resep e
(Jualan kok ngasih tau resepnya)

Yesi:
Yg penting jangan kasih tau sapa2
Rahasia perusahaan itu
🤣

Januar:
Videone burem

Yesi:
Walopun burem yang penting hasilnya
Coba bikin sama persis kaya itu

*****

Yesi tertawa kecil dan menaruh kembali ponselnya di atas meja setelah mengirim balasan kepada Januar.

Atensinya lantas beralih ke ikan bakar di depannya, yang sudah berlumur sambal lombok ijo.

"Yes, nambah lagi ni lho, sop iganya belom dimakan sama sekali," ujar Mbak Shara sambil menggeser mangkuk ke arah Yesi.

"Duh, Mbak. Ini aja ikan bakarku belom habis lho?" kekeh Yesi.

Setelah acara wisuda tadi, keluarga Mbak Shara mengajak Yesi dan anak sanggar lainnya makan-makan di salah satu restoran yang cukup terkenal di Jalan Laksda Adi Sucipto, yang memang sudah direservasi sejak H-1.

"Yesi jare mumet lho, Mbak." adu salah satu anak sanggar.
(Yesi katanya sakit kepala lho, Mbak)

"Mumet ngopo?"
(Sakit kepala kenapa?)

"Rapopo, Mbak. Hehe. Biasa nek ameh M mesti ngeneki."
(Gapapa, Mbak. Hehe. Biasa kalo mau M pasti kaya gini)

"Yowes ki madang sing akeh. Ben ora mumet." kata Pakde Joko bapaknya Mbak Shara. "Nambah meneh po nila ne?"
(Yaudah nih, makan yang banyak biar ga sakit kepala. Mau nambah lagi nilanya?)

"Waduh. Sampun, Pakde. Hehe."
(Waduh, sudah cukup, Pakde. Hehe)

"Rapopo. Nek iseh kurang mengko pesen meneh."
(Gak papa. Kalo masih kurang nanti pesen lagi)

"Sampun, Pakde. Hehe."
(Cukup, Pakde. Hehe)

Pakde Joko melirik ke arah seorang pria yang duduknya tepat di hadapannya, "Nambah lagi, Mas Ilham." basa-basinya.

"Iya, Pak." jawabnya sambil mengukir senyum.

Yesi dari tadi memperhatikan pria itu. Wajahnya tidak begitu tampan, hanya saja auranya terasa karismatik. Rambutnya klimis seperti mafia, kulitnya licin mengkilat seperti cowok yang sering perawatan di klinik. Selain itu, ia juga memakai parfum dengan aroma pria matang—seperti Nakula. Bedanya, kalau Nakula masih 'anak-anak', sedangkan pria ini betulan pria matang.

Orang yang disebut sebagai Mas Ilham Mas Ilham itu cukup mencurigakan bagi Yesi. Karena dia satu-satunya lelaki selain Pakde Joko yang ikut makan-makan setelah acara wisuda ini. Ia tadi juga sempat berfoto berdua saja dengan Mbak Shara. Kemudian, Pakde dan Bude Joko juga memperlakukannya seperti tamu spesial. Kalau saudara sepertinya bukan, karena terlalu canggung. Siapa sebenarnya dia?

Hmmm, Yesi kepo.

JogjalovartaWhere stories live. Discover now