12. nikahan

58 11 0
                                    

Sore itu Yesi baru saja pulang dari sanggar ketika Winan datang ke rumah memberi selembar kertas putih bertuliskan undangan kumpulan.

Yesi langsung heboh. Ternyata kasak-kusuk yang beredar dari ibuk benar. Bisik-bisik tetangga yang beredar itu benar. Pakde Suryo beneran mau nikah sama Bude Sari.

Yesi teriak kegirangan.

Itu artinya,

Janu balik ke Kaliurang lagi!!!!

Pakde Suryo gercep banget. Yesi tidak menyangka sama sekali.

Sehabis magrib, Yesi bersama pemuda pemudi lain datang ke rumah Pakde Suryo sesuai dengan undangan yang diberikan Winan tadi.

Di sana mereka bergabung bersama warga untuk rapat persiapan resepsi besok. Sebenarnya yang anak muda cuma setor muka saja sekalian makan gratis, kalau yang serius biar yang tua-tua.

"Weh, Yesi! Kok ratau ketok nengdi e? (Kok gak pernah keliatan kemana?)"

"Teng griyo (Di rumah)."

Basa-basinya pasti selalu seperti itu, padahal Yesi termasuk aktif di karang taruna alias sering keluar bersosialisasi, tapi kalau ketemu warga yang tua-tua pasti basa-basinya selalu Kok gak pernah keliatan.

"Yangmu wong ndi e saiki? (Pacarmu orang mana sekarang?)"

Ini basa-basi yang kedua. Biasanya dari warga yang baru lulus dari karang taruna alias bapak muda atau mamah muda.

"Enten pokoke." (Ada lah pokoknya)

Warga yang tua-tua duduknya di dalam, sedangkan yang muda-muda di dekat pintu keluar. Biar kalau ngantuk bisa diem-diem pulang.

Karena yang muda biasanya hanya iya-iya saja kalau rapat, mereka lebih banyak ngerumpi daripada mengikuti diskusi.

Di pertengahan, suguhan mulai keluar.

Pertama, teh panas yang rasanya super duper manis. Kedua, goreng-gorengan dan kacang rebus.

Liana tampak membantu mengeluarkan suguhan dari dapur.

Yesi jadi ingat, bukannya gadis itu menentang pernikahan ini karena menyukai Januar?

*****

Yesi sudah didandani cantik dari jam 3 pagi dengan memakai sanggul beserta kebaya karena dia bersama beberapa remaja putri lain bertugas menjadi pager ayu di pernikahan Bude Sari dan Pakde Suryo.

Hari ini mood Yesi sedang bagus sekali, karena pasti akan ada Januar di sana.

Dan benar, begitu gadis itu datang ke rumah sebelah alias lokasi resepsi, si ganteng sedang sarapan bersama warga yang lain.

Gadis itu menahan diri untuk tidak menjerit karena ketampanan Januar.

"Januuu!!" seru Yesi heboh.

Janu melirik sebentar, setelah itu melanjutkan sarapannya tanpa menggubris sedikitpun.

Pakde Dibyo, salah satu warga, muncul dari dapur sambil membawa piring berisi sarapan. Begitu melihat Yesi dan beberapa pemuda-pemudi yang baru saja datang, ia langsung menyuruh mereka untuk ikut mengambil sarapan di belakang. Sebagai bekal sebelum bertugas.

Yesi dan yang lain pun mengambil piring yang berisi nasi, bakmi, sayur kentang, dan ayam goreng kampung.

Setelah itu ia langsung menempati kursi di sebelah Januar.

"Januuu~ hehe."

Sadar Yesi mendekat, Janu buru-buru menghabiskan sarapannya agar bisa segera pergi.

"Kok buru-buru e, Jan?"

Januar tidak menggubris.

Isi piring Janu akhirnya habis dan ia langsung beranjak ke pojokan untuk menaruh piring kotor di kotak. Setelah itu ia langsung membaur dengan warga lain agar menjauh sejauh-jauhnya dari Yesi.

"Kok pergi sih."

JogjalovartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang