19. yesi lebih kalem?

67 14 4
                                    

Pemuda/i Gayeng RT 17 (20 anggota)

Mas Winan menambahkan +628573****

Mas Winan:
Ges ayo dah ditunggu

Liana:
Ok👌

Mata Yesi masih terpaku pada layar ponselnya. Perhatiannya tertuju ke nomor baru yang ditambahkan ke grup oleh Winan barusan. Apakah ini seperti dugaan Yesi?

"Dirimu nambahke sopo e, Mas, neng grup?" tanya gadis berkuncir kuda itu.
(Kamu nambahin siapa, Mas, di grup?)

"Janu."

Yesi tersenyum penuh kemenangan, sebelum akhirnya sirna begitu ingat Mbak Shara.

Ck, percuma nduwe nomere nek wes ono pawange.

"Hishh nyebai." Yesi memasukkan ponsel ke saku dan melanjutkan menyapu.

"Ngopo e, Mbak?" tanya Yunek heran.
(Kenapa sih, Mbak?)

"Rapopo."

"Rasah galau lho, Yes." kekeh Winan.
(Jangan galau lho, Yes)

"Pie ra galau, Mas. Lha jebul pawange orang terdekat. Hiks."
(Gimana gak galau, Mas. Lah ternyata pawangnya orang terdekat, hiks)

"Sabar.. sabar.."

Pandangan Yesi tertuju ke arah anak laki-laki yang sedang mengecat gapura di ujung sana.

Brum.. brum..

Saat sedang bergalau ria, tiba-tiba ada orang datang sambil memain-mainkan gas motornya.

"Eh eh, mending move on neng Mas Nakula wae, Mbak Yes! Dekne ket wingi nakokke koe terus lho. Ihiiiy~" celetuk Yunek menyebut nama cowok yang memainkan gas motornya tadi. Cowok itu kebetulan baru saja berhenti di depan mereka.
(Eh eh, mending move on ke Mas Nakula aja, Mbak Yes! Dia dari kemarin nanyain kamu terus lho)

"Mas Na, iki lho. Jare wingi nakokke Mbak Yesi~"
(Mas Na, ini lho. Katanya kemarin nanyain Mbak Yesi~)

Remaja bergaya om-om yang disebut Nakula tadi tersenyum.

"Yesi~" panggilnya dengan nada flirty.

"Hmmm."

"Dirimu ki wes enek sing ndue urung sih?"
(Kamu tu udah ada yang punya belom sih?)

Mendengar pertanyaan frontal barusan, Yesi hanya tertawa.

"Takoni tenan og, malah ngguyu."
(Ditanya beneran malah ketawa)

"Uwes lah."
(Udah lah)

"Ngapusi."
(Bohong)

"Lha ngopo to?"
(Lah kenapa sih?)

"Lha ngopo lha ngopo, yo aku pengen reti lah. Wedine, tiwas aku wes cinta, jebul atimu wes nggo wong liyo.."
(Lah kenapa lah lenapa, ya aku pengen tau lah. Takutnya, aku udah terlanjur cinta, eh hatimu udah buat orang lain)

"Heleh."

"Aku serius, Yesi..!"

Anggota karang taruna lain yang mendengar itu kemudian tertawa. Drama opo meneh iki..

"Mbak Yesi ki jomblo, tapi lagi patah hati, Mas." bocor Yunek ke Nakula.

"Patah hati? Ckck." Nakula berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Gondes ngendi to sek menyakitimu?"
(Jamet mana sih yang menyakitimu?)

"Dudu gondes yo. Ngawur."
(Bukan jamet ya. Ngaco)

"Kae lho, Mas, gebetane Mbak Yesi. Jenenge Mas Janu." tunjuk Yunek ke arah gapura.
(Itu loh, Mas, gebetannya Mbak Yesi. Namanya Mas Janu)

"Yunek ki ember tenan og."
(Yunek tu ember banget sih)

Posisi Januar membelakangi mereka, sehingga wajahnya tidak terlihat.

"Ohhh, kae to gondese?"
(Ohhh, itu jametnya?)

Nakula turun dari motor dan berjalan menghampiri Januar.

"Uhuk.."

Ia melepas kacamata hitamnya dan menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas seperti apa orang yang disukai Yesi.

Januar yang daritadi sibuk mengecat seketika menoleh begitu merasakan kedatangan seseorang. Ia menatap bingung orang asing yang baru saja dilihatnya itu.

"Oh dadi iki to sek jenenge Ja—"

Kepercayaan diri Nakula seketika oleng ke samping ketika melihat langsung wajah pemuda yang disukai Yesi itu.

"—nu."

Asem.

Tidak.. tidak.. sebagai anak Pak Lurah sekaligus remaja paling ganteng sekecamatan (menurutnya), kepercayaan diri Nakula tidak boleh oleng cuma gara-gara gondes satu ini.

Nakula berdehem, kemudian memasang kembali kacamata hitamnya dan berbalik ke gerombolan Yesi.

*****

Januar masih asyik mengecat gapura bersama remaja laki-laki yang lain. Entah mengapa daritadi rasanya seperti ada orang yang mengawasi. Namun ketika menengok ke berbagai arah, semua terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mungkin perasaannya saja. Atau.. Yesi?

Sudah sekitar setengah jam berlalu dan sejauh ini Yesi belum bertingkah ajaib terhadapnya, membuatnya sedikit lega. Akhir-akhir ini memang Yesi sedikit lebih kalem. Sepertinya rencananya berhasil.

Tentang dirinya dan Shara, kalau dibilang pacaran, Januar juga tidak tahu, apa dirinya dan Shara masih pacaran?

Sebenarnya, ia dan gadis yang lebih tua empat tahun darinya itu memang pernah pacaran. Sebelum akhirnya Shara menghilang tanpa kabar.

Januar tidak berusaha mencarinya. Lagipula, ia juga waktu itu tidak tahu lokasi persis rumah Shara. Teman-teman kuliah Shara yang ngekos di tempatnya juga tidak ada yang tahu.

Satu-satunya yang ia lakukan hanya mengiriminya pesan di Instagram dan WhatsApp, meski tidak ada balasan. Akhirnya, ia menganggap Shara memutuskan dirinya.

Namun dua tahun kemudian, setelah bertemu secara tidak sengaja di Janji Joni kemarin, Shara merespon pesan yang ia kirim lagi.

Aku emang lagi ada masalah, katanya waktu itu sebagai alasan mengapa selama ini gadis itu menghilang.

Setelahnya, mereka jalan bareng lagi dan melupakan semuanya. Meskipun Januar belum memastikan lagi apakah mereka masih pacaran.

"Eh, leren sek yok!" ajak yang lain.
(Eh, istirahat dulu yuk!)

Januar mengiyakan, kemudian turun dari tangga dan berniat istirahat.

Sudah ada makanan kecil seperti goreng-gorengan, kacang-kacangan, dan pisang godok yang memang diberikan secara cuma-cuma oleh warga.

"Ges, enek sek gelem mangkat tuku nasi padang ra?"
(Guys, ada yang mau berangkat beli nasi padang gak?)

"Aku wae kene." kata Yesi.
(Aku aja sini)

"Yowes, Yes. Wani to dewe?"
(Yaudah, Yes. Berani kan sendiri?)

"Lah, dewean?"
(Lah, sendiri?)

"Ro Janu kui lho sek gowo motor." celetuk salah satu anggota karang taruna.
(Sama Janu itu lho yang bawa motor)

Januar memang selalu membawa motor ke manapun, meski hanya ke rumah tetangga yang jaraknya dua rumah.

Nakula yang mendengar percakapan mereka langsung mencuri kesempatan, "Eh, opo tak terke wae yok, Yes!"
(Eh, apa tak anterin aja yuk, Yes!)

Winan tersenyum, ia lalu berniat membuat bingung Yesi, "Yowes, Yes. Ameh karo Janu po Nakula?"
(Yaudah, Yes. Mau sama Janu apa Nakula?)

Yesi paham dirinya dikerjai, "Ro koe wae yok, Mas!"
(Sama kamu aja yuk, Mas!)

"Aku iseh ngurusi bendera e."
(Aku masih ngurusin bendera eh)

"Halah."

"Gek ndang kono, Yes. Selak do ngelih lho cah-cah."
(Buruan, Yes. Keburu laper anak-anak)

Yesi menghela napas panjang dan beranjak dari duduknya, kemudian membersihkan celana bagian belakang.

"Ayok, Na!"

JogjalovartaWhere stories live. Discover now