16. malming bersama janu

61 9 1
                                    

Malam ini karang taruna kumpul di rumah Winan untuk membuat properti 17-an.

Ada properti dedaunan kering, senjata perang bohongan, dan lainnya.

"Mbak Yes! Ada Mas Janu lho!"

Yunek yang baru saja menaruh nampan berisi snack ke atas tikar mencolek-colek lengan Yesi.

Mata Yesi bergerak ke arah yang ditunjuk Yunek.

Benar. Cowok itu datang bersama Pakde Suryo dan terlihat tampan seperti biasanya.

Namun kali ini ketampanannya membuat dada Yesi sesak.

"Eh, manten anyare teko." celetuk salah satu tetangga begitu melihat Pakde Suryo.
(Eh, pengantin barunya dateng)

"Ngeterke anak lanang." jawab bapak barunya Janu itu.
(Nganterin anak laki-lakiku).

Sebenarnya ada tidak ada Janu, Pakde Suryo memang suka nimbrung kalau ada anak karang taruna kumpul. Kadang malah ikut pulang sampai malam karena menunggui anak perempuannya, Liana, yang juga anggota.

"Wes do madang urung?" tanya pria paruh baya itu.
(Udah pada makan belom?)

"Dereng, Pakde."
(Belom, Pakde)

"Sego goreng do gelem pora?"
(Nasi goreng pada mau gak?)

"Purun no. Badhe ditumbaske nopo?"
(Mau dong. Emang mau dibeliin?)

"Gampang."

Pakde Suryo beralih ke Januar yang berdiri di sebelahnya, kemudian bicara sesuatu dan mengeluarkan sejumlah uang.

"Emang sek bakulan teng pundi?" tanya Janu.
(Emang yang jualan dimana?)

"Ngarep warunge Lek Dar kae lho."
(Depan warungnya Lek Dar itu lho)

"Lek Dar?"

"Dirimu rangerti Lek Dar po, Jan?" tanya anak karang taruna yang lain.
(Kamu ga tau Lek Dar, Jan?)

"Sing endi to? Wong anyar po?" jawabnya.
(Yang mana sih? Orang baru?)

Waktu dulu Januar tinggal di Kaliurang, memang Lek Dar masih jadi TKI di Malaysia. Makanya dia tidak tahu.

Pakde Suryo melihat sekeliling, "Liana endi, ben kon ngancani."
(Liana mana, suruh nemenin)

"Medal e wau, tumbas selotip."
(Keluar tadi, beli selotip)

Pakde Suryo beralih ke Yesi, "Yes!"

"Pripun, Pakde?"

"Terke Janu neng gone Lek Dar."
(Anterin Janu ke tempat Lek Dar)

Yesi diam sejenak. Sebelum akhirnya Yunek menepuk lengannya, "Kono, Mbak!"
(Sana, Mbak!)

"Kono, Yes. Terke Janu. Ben si Yunek sek nglanjutke nempleki godong." kata Winan.
(Sana, Yes. Anterin Janu. Biar si Yunek yang ngelanjutin nempelin daun).

"Nopo mboten gofud po sopifud mawon to, Pak?" tanya Januar ke bapak barunya itu.
(Apa gak gofud atau sopifud aja, Pak?)

"Alah, wong gur neng prapatan kono tok we gopud sopipud." Pakde Suryo kembali melirik Yesi. "Yes! Kancani Janu."
(Alah, orang cuma di perempatan situ doang kok mau gopud sopipud)
(Yes! Temenin Janu)

"E—enggih Pakde."
(I—iya, Pakde)

*****

Januar naik ke atas motor dan Yesi dengan grogi membonceng di belakang. Jantungnya mulai tidak aman.

Selain parasnya yang rupawan, punggung lebar Januar adalah favoritnya. Kadang Yesi membayangkan betapa nyamannya memeluk Januar dari belakang.

Kini punggung Januar terpampang jelas di hadapannya. Yesi hanya terdiam sambil menatap hamparan luas berbalut jaket hitam itu.

Apa Mbak Shara pernah menyender ke punggung lebar ini? Batin Yesi. Sambil membayangkan pemandangan menyakitkan itu.

"Nengdi iki bakule?" tanya Januar ketus.
(Dimana ini penjualnya?)

"Masih lurus." jawab Yesi datar.

Mereka berdua sampai di perempatan.

"Kae udu?" tanya Janu lagi.
(Itu bukan?).

Yesi masih bengong sehingga tidak mendengar yang Januar ucapkan.

"Heh, sopo jenengmu... Kae udu bakule?"
(Heh, siapa namamu... Itu bukan penjualnya?).

Yesi masih tenggelam dalam lamunannya.

"Takoni og meneng wae."
(Ditanya kok diem aja)

Januar geregetan dan akhirnya asal berhenti di nasi goreng perempatan itu, yang entah Lek Dar atau bukan. Tapi sepertinya iya.

"Niki Lek Dar?" tanya Januar ke tukang nasi gorengnya. Dua detik kemudian, ia juga bingung kenapa bertanyanya malah begini. Ngopo ra langsung pesen wae..

"Santo."

Santo?

Januar garuk-garuk kepala, kemudian menoleh ke gadis yang masih menangkring seperti orang linglung di atas motor.

"Heh, udu Lek Dar yo iki." Januar menghampiri Yesi. (Bukan Lek Dar ya ini).

"Ini Lek Dar."

"Santo yo, dudu Lek Dar."
(Santo ya, bukan Lek Dar).

"Lek Dar itu yang punya warung. Nek yang jual nasi goreng di terasnya bukan Lek Dar."

_____

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cr. Google

JogjalovartaWhere stories live. Discover now